Siklus

               Getaran siklus mulai hadir dalam diriku dengan bentuk lain. Aku memasuki ruangan ini dengan canggung walaupun telah lama aku bersanding dengan kawan-kawan di ruangan ini. Sekilas begitu tenang dan sepi seperti senggok jiwa yang aku diamkan didalam sini, rapuh.
               Aku menyaksikan tiga anak kucing yang baru saja lahir sekitar seminggu yang lalu. Terlihat sang induk yang terawang jauh, tak perduli. Bagaimana ia bisa tidak perduli? Bukankah anak-anaknya itu saling menyerang satu sama lain?
               “Kudengar kalau kucing memiliki tiga atau empat anak sekali melahirkan. Tapi kemudian, dari mereka hanya bertahan seekor saja,” ucapku sambil memberi isyarat pada kucing-kucing kecil itu untuk mendekat. Namun, justru sang induk yang kemudian datang menghampiriku dengan perut cekungnya untuk merajuk padaku. “Ya, memang begitu,” jawab kawanku itu.
               Kucing-kucing mungil itu masih saja menyerang satu dengan yang lainnya tanpa menghiraukan pandanganku yang sedikit was-was akan keselamatan mereka. “Lihatlah, mereka masih berjalan sangat ringkih. Lucu sekali,” kata temanku tenang.
               Bagaikan sebuah repetisi. Aku membayangkan diriku yang terlahir sebagai salah satu anak kucing kecil itu. Bersanding dengan kawan-kawan kecil yang juga terlahir satu sebagai kucing jenaka yang periang. Tentunya, aku hanya melihat takzim pada indukku yang melihat kehidupan dalam tatapan yang buram. Aku hanya melihatnya dan tetap bergurau dengan yang lainnya.
               Sebagai yang terlahir baru saja, aku melihat kilasan yang menyenangkan disana. Berbenah dengan segala akselerasi, waktu, dan kecepatan belajar. Akan tetapi, suatu ketika yang telah dikatakan dan ditampilkan oleh indukku kala ada. Akhirnya tetap saja aku menjadi sang induk. Yang terdiam sedih, bertatapan buram, dan bergema waktu bagaikan seringai kematian yang mendesak.
               Kita, para anak kucing masih bermain dengan kardus, bercengkrama diatas karpet yang lusuh. Hingga pada suatu masa, kitalah yang menjadi sang induk. Berjalan diujung tepi.

6 April 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA