Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Terlupakan dalam Rima Waktu

Terlupakan dalam Rima Waktu PUNGGUNG MEREKA TERASA AMAT JAUH . Seperti tak terjangkau. Membuat segenap romaku merinding. Aku ingin sekali mengejar mereka seraya mendapatkan pelukan selamat datang. Yang nyatanya, seperti tak pernah ada. Sebenarnya aku, atau mereka yang lupa? Atau jangan-jangan, kami bersama dalam kelupaan? “Woi, bangun lage ! Udah jam berapa ini? Bisa-bisanya lagi ngerjain makalah ketiduran di tengah siang bolong. Udara mapas ! Panas gak pake biasa! Cetar membahana pokoknya.” Antara sadar dan tidak aku mengerjap-ngerjapkan mata ke arah semua lanskap yang kini mulai terbentang. Ke mana jalanan sepi itu? Punggung-punggung mereka yang dahulu pernah bersamaku bernyanyi di sepanjang jalanan ibu kota? Oke. Ayo kembali ke kenyataan. Sepertinya aku bermimpi. Mimpi buruk. Ya, mimpi buruk. Kini, aku melihat si “Bulldog” Alby sedang mengipas-ngipasi kepala gundulnya dengan topi seraya menepuk-nepuk perutnya yang buncit. Dia menatapku aneh. “Heh, Nin.”

Suara dari Surga

Suara dari Surga Pernahkah kamu mendengar sebuah hadits yang menerangkan bahwa sesungguhnya suara yang paling pantas dijadikan perhiasan bagi muslim adalah suaranya saat membaca qalamullaah? Ya, Al-Qur’an... Sebab hadits ini, aku mulai mengganti trading topic santaiku dari mendengarkan televisi dan lagu-lagu yang tidak berguna menjadi mendengarkan murottal Al-Qur’an.   Ternyata tidak mudah. Memang, jadi baik itu sulit. Aku sungguh tidak habis pikir bagaimana mungkin ketika mendengar suara-suara bodoh dari musik dan lagu, pencerita-pencerita, dan juga semacamnya mudah sekali hati ini terhanyut. Tapi ketika Al-Qur’an? Menguap adalah hal yang paling mungkin. Rasanya bukankah sangat durhaka? Aku mendengar-dengar berbagai murottal yang kini bercokol 5,65 GB di laptopku. Mencari-cari suara yang paling indah dan... setidaknya sedikit demi sedikit dapat aku tiru. Tidak mudah. Apalagi dengan kapasitas keimanan mereka dan kebersihan hatinya yang menyebabkan suara-suaranya me

Raja dan Menteri

Raja dan Menteri Raja adalah pemimpin. Dan menteri tidak lebih dari sebuah bidak posisi tertinggi. Pada akhirnya semua tetap berada pada posisinya masing-masing. Tidak ada yang saling melampaui. Menteri. Para menteri kebanyakan telah merasakan pahit getirnya lapangan dan juga merasakan apa itu perjuangan. Tindakannya adalah seni dalam mempengaruhi. Dia bidak dengan kemampuan seorang raja, namun tidak memiliki kharisma. Menteri selalu diberikan keleluasaan untuk melakukan apapun. Bergerak bagaimana pun. Melintasi negeri. Menghantam hari. Menteri selalu tahu cara untuk mendapatkan kemenangan. Akan tetapi, menteri memiliki satu kekurangan fatal. Dia kurang visioner dan taat pada aturan. Dia terlalu mencintai kelompoknya, orang-orangnya. Meskipun dia bisa saja melakukan suatu pengorbanan dalam jumlah masif di peperangan. Tapi hal itu akan menghantuinya. Setiap malam. Suatu kombinasi yang unik. Dia adalah pemimpin otoriter, namu egaliter saat bersamaan. Beralih ke raja.