Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Cinta Pertama yang Tersamarkan

Gambar
Sumber: Pencarian Google Secara Acak Judul                                      : In a Blue Moon Nama Pengarang              : Ilana Tan Penerbit                               : PT. Gramedia, Jakarta Tahun Terbit                       : April 2015 Jumlah; Ukuran                      : 320 hlm; 20 cm Perasaan jatuh cinta, pertama kali, adalah yang paling menggebu-gebu dan sulit dilupakan. Cinta yang bergejolak hebat di dada. Keringat yang berpeluh di balik kemeja, gincu yang basah, dan makan malam bersama. Tak peduli kekurangan yang lain saat kamu dan aku menjadi kita. Akan tetapi, bagaimana jika kita tidak sadar bahwa kita telah jatuh cinta? Novel buah karya Ilana Tan penuh dengan pertunjukan ekspresi langka hati manusia satu ini. Kebencian sering menjadi salah satu masalah menjadikan cinta bersatu. Batas antara benci dan cinta itu tipis sekali. Itulah salah satu narasi yang penulis kuarkan dari tokoh Lucas Ford. Lucas Ford secara semi menolak perjodohan yang di

Filosofi Sebuah Sungai

“Kiyora, berasal dari bahasa Jepang yang berarti kejernihan dan ketenangan.*” “Apa yang kaupikirkan?” tanya nenek tua itu kepadaku. Kepadaku, remaja tanggung berusia 19 tahun dengan baju berwarna merah muda dan jilbab hitam segi empat. “Kata-katanya.” “Apa kata-katanya berarti sesuatu bagimu?” Aku memutarkan bola mata sembari berpikir. Perlukah nenek tua ini kubagikan pikiran melankolis? Ah, sudahlah. Toh, dia hanyalah seseorang yang asing bagiku. “Aku ingin mempunyai anak dan kunamai Kiyora.” “Hahaha.” Nenek itu tertawa. “Shht…! Kenapa kautertawa? Kaumembuat tatapan mata orang tertuju pada kita. Apalagi kaumengenakan baju hitam.” “Seorang anak kecil sepertimu?” “Apakah berdosa menginginkan sesuatu?” “Tidak, tidak. Hanya lucu saja seumuranmu.” “Ada apa dengan umurku?” Aku melejitkan pernyataan tajam kepada nenek tua itu sembari menyipitkan mata. Aku mengatur posisi badanku 40 derajat ke k anan , tempat nenek itu duduk menatapku. Jujur, aku p

Perihal Jatuh Cinta #1

Aku tak pernah mengingat engkau kecuali satu kali. Di gerbang kota itu. Engkau memasang wajah muram yang kukenali sebagai kesedihan. Wajah itulah yang menyihirku. Aku terpana dan tak sempat menanyakan namamu, alamatmu, atau nomor teleponmu. Engkau menyampirkan rambut bagian depanmu ke telinga. Bagiku itu adalah pesona. Ini adalah hari ketiga-puluh-satu bulan ini. Sudah akhir bulan dan engkau tak juga hengkang dari kepalaku. Tanpa sadar, aku kembali ke gerbang kota tempat aku dan kamu bertemu pertama kali. Setiap hari. Berharap kamu menaiki bus yang sama. Membawamu entah ke mana. Akan tetapi, kali ini aku akan ikut. Pada tanggal 1 bulan baru, aku menjumpaimu di gerbang kota. Mengenakan kemeja wanita merah hati dengan jins warna biru tua. Oh, engkau cantik sekali. Engkau memasuki bus dengan muram yang sama; dengan ketenangan yang sama. Lalu, aku seperti orang gila. Belingsatan menuju ke arahmu tak peduli makian-makian yang sedang dilontarkan sayup-sayup kepadaku. “Ah…”