Pro-Kontra Internet

“Satu-satunya hal yang tidak pernah berubah adalah perubahan.”

Sudah tidak asing mendengar kata-kata mutiara itu tentunya. Kata-kata mutiara itu menjabarkan bahwa sesungguhnya tidak ada satupun di dunia ini yang tidak berubah. Kalau dalam banyak istilah kita mengenal kata konstan, ceteris paribus, konsisten, sempurna, dan masih banyak lagi dalam berbagai bidang ilmu yang digeluti.

Sejatinya, bidang-bidang ilmupun berubah seiring dengan penemuan-penemuan baru di bidang tersebut.
Contoh saja teori egosentris yang menyatakan bahwa pusat tata surya adalah diri kita masing-masing. Teori itu tidak relevan lagi dan kemudian digantikan dengan teori geosentris yang menyatakan bahwa pusat tata surya adalah planet kita tercinta ini, bumi. Namun, setelah sekian lama dan dengan perjuangan yang luar biasa, sampai penemunya diasingkan dari gereja, diasingkan dari dunia, akhirnya teori baru yaitu teori heliosentris diterima. Teori ini menyatakan bahwa pusat tata surya adalah matahari.

Ketika suatu saat teori berkembang, maka berubah pula susunan yang kita pelajari. Dan terkadang perubahan itu sendiri bisa menjadi lawan tatkala perubahan itu menuju ke arah yang negatif. Kita bisa mengambil contoh dari pelajaran sejarah. Jika sejarah terlalu riskan, kita dapat melihatnya di media. Sering kita menyaksikan banyak sekali berita bohong (hoax) yang beredar. Bukan bermaksud menyudutkan kedua bidang ini, namun hanya sebagai permisalan.

Dalam realita sehari-hari kita saksikan bahwa kini para pelajar dan juga mahasiswa sedemikian tergantung pada internet. Mencari berita-berita dan pengetahuan dari sini. Namun tahukah bahwa menurut data statistik yang saya temukan di Yahoo! bahwa di Eropa dan Amerika Serikat mereka tidak percaya pada internet dan lebih percaya pada literatur fisik, yaitu buku. Hal tersebut dikarenakan internet dapat memasukkan apa saja tanpa batasan dan relevansi. Kita tidak dapat mengetahui apakah data itu valid atau tidak.

Tidak dipungkiri juga bahwa ada data-data di internet yang valid diberikan sumber datanya. Akan tetapi, seberapa banyak? Maka dari itu, wajar jika banyak yang tidak mempercayainya terutama dari negara maju. Namun, hal ini berbeda dengan negara berkembang yang cenderung memiliki literasi yang buruk. Dengan cepat pelajar-pelajar di negara ini menelan mentah-mentah apa yang diberikan oleh internet.

Perubahan-perubahan seperti terintegrasinya internet juga mengubah struktur organisasi dan cara berpikir masyarakat. Contoh saja seperti internet tadi yang membuat media bacaan (buku) tersisihkan. Dalam sudut pandang organisasi juga dapat ditemukan hierarki organisasi berubah dari struktur yang rigrid (kaku) menjaddi lebih fleksibel dengan keberadaan Sistem Informasi Manajemen berupa internet ini.

Selain struktur, desain sebuah organisasi juga berubah. Kini desain organisasi tidak hanya terdapat desain berbentuk lini (komando), funsional, atau matriks. Akan tetapi, desain organisasi juga berubah menjadi bentuk organisasi virtual, salah satunya.

Lebih jauh, organisasi virtual merupakan organisasi yang berbasis internet yang tentunya menyebabkan orang-orang dalam suatu organisasi tidak perlu tatap muka secara langsung dan otomatis saja bertemu lewat video conference jika diwajibkan rapat. Hal ini tentu saja miris dalam sudut pandang komunikasi.

Komunikasi yang paling efektif adalah bertemu secara langsung alias tatap muka. Coba saja bandingkan perbedaan saat menggunakan internet dan langsung. Banyak sekali terjadi bias informasi dibandingkan dengan bertemu langsung. Artinya memang berkomunikasi lewat internet, berkomunikasi non verbal tergolong buruk.

Data yang saya temui juga mengejutkan. Bahwa sebenarnya komunikasi non verbal adalah suatu bentuk komunikasi yang melenakan. Melenakan karena mudah bagi lawan bicara untuk merasakan hal-hal yang sebetulnya belum tentu secara realita terjadi. Perhatikan bagaimana maraknya kasus penculikan dan kencan buta (kopi darat) melalui jejara=ing sosial internet. Mudah sekali, bahkan bagi kaum hawa untuk bertemu padahal belum mengenal sosok secara langsung.

Satu lagi hal miris yang akan saya paparkan. Bagaimana bentuk tulisan seseorang menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Hal ini terang saja karena dengan media internet juga akan membuat pelajar menjadi malas menulis diatas kertas. Dan mereka akan lebih tentu memilih menggunakan media internet untuk mempermudah tugasnya. Apalagi hal ini didukung oleh guru yang saya lihat lebih menyukai memberikan tugas secara online.

Disamping permasalahan tersebut, internet juga mamiliki manfaat yang banyak. Salah satunya memperlancar komunikasi orang-orang yang berjauhan.

Seperti yang kita tahu dunia dibatasi oleh teritorial. Dengan adanya internet akan membuat sebuah “ekstrateritorial” dimana tidak ada batasan-batasan yang membuat para pengguna kesulitan dengan jarak.

Internet juga memudahkan trnsfer knowledge terhadap satu negara dengan negara lain. Hal ini disebabkan karena informasi dari hampir seluruh negara dapat ditemukan hanya dalam hitungan detik. Dan apapun yang kita cari disediakan oleh media internet ini. Sehingga apabila dipergunakan efektif akan meningkatkan daya saing negara-negara.

Selain daripada itu, internet yang bersifat cloud atau telah dapat menyimpan berjuta file tanpa harus risu mengenai keamanannya. Tentunya ini menjamin keamanan pengguna dalam menyimpan file penting yang telah diotorisasi oleh pemilik website yang bersifat cloud.

Dari pemaparan positif dan negatif internet masa ini, dapat kita simpulkan bahwa internet dapat berguna jika kita lakukan dengan literasi media yang baik. Literasi ini dapat diartikan bahwa kita menggunakan internet dengan benar-benar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA