Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Isyarat Senja

Isyarat Senja Langit terbatuk dan meneteskan air matanya. Matahari mengantuk. Beberapa kali ia menutup tubir bibirnya dengan awan mendung; menunggu waktu tidur. Pepohonan menyerupa dalam kabut bingar di antara dua pelupuk hari. Manusia tua-muda, kakek-nenek, kakak-adik, dan suami-istri merapatkan tubuh dalam ringkukan jaket yang kusut masai. Selasar jalanan menjadi anggun karena berjingkat beberapa kali menghindari keruhnya debu yang terbasuh. Kendaraan berbulir peluh di lapangan parkir yang riuh karena suara jeritan peluit; lagi dan lagi. Hingga jam enam—kata jam tanganmu— hanya makan sore dan seteguk teh senja : terselip dalam bilah geligi pembicaraan kita. Kita berbicara tentang ekonomi, hukum, alam, gravitasi, aku-kamu, perjumpaan, dan perpisahan. Tanpa pernah kautahu bahwa aku memandangi sendu dalam sayup-sayup hampiran tempias lelampu kala itu. Kita hanya menangkupkan malu. Terkadang mendekatkan tubuh saat seiya sekata. Ter

Mutiara dan Wanita

Seseorang mengatakan kepadaku, "Prima, wanita itu ibarat mutiara dari dalam lautan. Dia terlahir dari sesuatu yang hidup. Dan apakah kamu tahu, tangan manusia ini beracun? Hanya dengan sesama manusia tangan kita tidak menimbulkan efek. Tapi tidak untuk tumbuhan dan hewan. Contohnya saja kupu-kupu. Kupu-kupu ketika kita sentuh, sayap-sayapnya rontok. Dan mutiara itu itu, semakin dipegang semakin pudar cahayanya. Maka mutiara yang mahal harganya dan berbinar cahayanya adalah yang tidak pernah disentuh. Demikian pula dengan wanita. Semakin banyak dia tersentuh dan hatinya dijamah, semakin timbul ruam-ruam kegelapan dari wajahnya." Diksinya membuat hatiku meleleh. Kalau aku pepatkan mungkin menjadi: "Mutiara ibarat hati wanita. Semakin tidak tersentuh semakin berbinar cahaya. Sebaliknya, semakin banyak tersentuh semakin timbul ruam-ruam kegelapan darinya."

Sebab Aku Tidak Suka

Diam-diam aku mengasingkan diri setelah padatnya hari. Diam-diam menduduki ayunan dan menyaksikan anak-anak kecil berlarian menyusuri lapangan berlapiskan tegel. Diam-diam menyermin diri sekitar masih kanak-kanak. Kata orang masa anak-anak adalah masa emas yang tidak boleh disia-siakan. Sebab pada masa kanak-kanak kecerdasan dapat dibangun. Aku pribadi susah sekali yang namanya kontak mata lama dengan orang lain walaupun dengan perempuan dari kecil. Bukan masalah jaga pandangan saja. Sebab mataku silinder sehingga tidak bisa fokus kalau menatap. Dan aku malu kalau dilihat balik. Langsung panik. Makanya kalau urusan maju presentasi, kalau bisa, yang lain saja.  Paling enak memang menatap mata anak kecil. Kata pepatah jiwa seseorang bisa terlihat dari matanya. Dan kalau melihat anak kecil, jernih bagaikan air yang mengalir dari telaga kehidupan. Mata mereka masih sangat jujur, tulus, dan menyiratkan keingintahuan yang sedemikian nyata. Benar-benar menyejukkan hati. Sungguh