Aneh, Mustajab, dan Ajaib

Tiga hari kemarin merupakan hari yang aneh, mustajab, dan ajaib buat gw. Bayangpun aja buat acara sejak dua minggu lalu. Tapi bener-bener jalan, gerak ngelakuin sesuatu itu H-3 tepatnya hari kamis kemaren. What on earth banget kan? Hehehe..

Tapi lucu banget setelah dipikir-pikir sekarang. Bisa gitu ya? Ckckckckck... Gw dari semangat, sampe ke lemes, ke semangat lagi. Gw dari sehat ke sakit, sampe ke sehat ke sakit lagi :D

Gw yang kemaren dikasih tugas jadi benplak sedih banget kayaknya. Kalo yang laen pada bisa makan dengan tenang walaupun gimana gw gak bisa tenang mikirin ada peserta yang belum bayar. Wkwkwk. Wat-wat gawoh. Jadilah gw nagih-nagihin kayak rentenir. Santai aja kata diaorang. Gw-nya gak bisa. Apalagi ngeliat estimasi dana yang sesuatu banget, gimana mau tenang? :D

Bener aja, defisit tuh duit. Sampe sesek sendiri. But it’s ok. Seru banget kemaren.
Selesai itu acara kami yang merupakan gabungan 4 fakultas foto-foto bareng. “Ih, gak mau pisah,” kata seorang panitia akhwat.

***
Aku mengalami suatu kejadian mustajab kemarin siang. Selepas makan siang, aku gabung masuk kedalam pelatihan web-blog. Karena gw kepingin tau gimana sih itu. Gw duduk disamping akhwat yang mengenakan jilbab biru tua.

Setengah jam sebelum acara bubar, seorang akhwat yang mengenakan jilbab putih (salah satu kenalanku juga) izin ada urusan. “Prima, aku mau keluar. Ada urusan.”

“Oke,” ujarku sambil mengantarkannya keluar tempat teman-teman panitia. Lalu, aku masuk kembali dan duduk di tempat kenalanku itu tadi.

“Prima, ya?” aku memutar bangku kearah suara. Rupanya itu adalah suara akhwat jilbab biru tua tadi. “Iya,” jawabku singkat sedikit tercengang.

“Prima Helaubudi?” katanya dengan nada terkejut. Aku ikut terkejut karena aku sama sekali tidak mengenal akhwat ini.

“Iya. Kok tahu?” tanyaku tidak kalah terkejut. “Ini ana ..... (menyebutkan nama).”
“Loh? Jadi anti..... “ “Iya. Ana yang di FB anti itu.”

Terkejut bukan kepalang. Orang dihadapanku ini adalah seorang teman FB-ku yang main add. Tahu sendiri aku ini kenal gak kenal main approve aja. Rupanya orang ini adalah seorang akhwat yang aku tidak pernah lihat wajahnya di FB.

“Ana kira anti ummahat,” kataku jujur. “Ana masih kuliah. Ya ampun, dikira ummahat,” dia tertawa.
“Ana kira anti orangnya tomboi banget, cerewet, dan galak. Ternyata anti lembut, ya?” katanya.
“Apa?! Coba diulang?!”
“Anti lembut orangnya. Kelihatan lembut dan baik.”

Sontak aku tertawa terpingkal-pingkal. Untuk bahak tawaku sudah tidak keras lagi. Kami sedang pelatihan. Bisa dibayangkan suaraku jika masih seperti dulu. Tidak ada yang sadar aku tertawa selain akhwat jilbab biru ini.

“Lembut? Baik? Hahahaa..” tidak henti aku tertawa sambil menggelengkan kepala.
“Loh? Serius. Wajah anti itu lembut.”
Hiah.. Jadilah aku melonjak-lonjak kecil di kursi. Tidak ada yang sadar dengan itu.
Aku? Lembut? Baik? Gonjang-ganjing!!!

“Wah, mungkin tulisan ana lebih jujur dibandingkan penampilan ana, ya?” ujarku masih geli.
“Anti lembut menurut ana,” katanya serius.

Terserah lembut atau baik. Yang pasti beberapa orang yang aku ceritakan hanya ada dua ekspresinya:
Gubrak!
Atau..
Menggelengkan kepala tidak percaya.
Bagaimana menurutmu? :D:D:D:D:D

***
Hari ini, tiba-tiba sahabat SD-ku sewaktu di Fransiskus telepon ke rumah. Ada angin apa coba? Ada angin cinta kayaknya. (huekk..)

Dia bilang katanya tiba-tiba kangen denganku.

“Apa kabar lo?” kataku.
“Gw baik, Prim.”
Setelah beberapa saat, aku bertanya,
“Gimana kabar lo dengan si .... (nama pacarnya).”
“Aish, sudah-sudah lagi. Jangan bicarakan dia saat kita sedang bersama. Lebay gw!”
“Putus, ya?” harapku.
“Gak. Masih woy!”
“Gantung?”
“Gak juga.”
“Hem, masih playgirl?”
“WAAAAAAAAAAAAAAhhhhhhhhhhhh....”
Jangan-jangan dia sudah berubah? Hem... Aku pancing (emang ikan? :D):
“Berapa? Tiga? (pacarnya : red)”
“Iya. Hahahaa...”
“Eh, buset dah ini anak,” ujarku menggeleng seperti orang bodoh di telepon rumah.

Hem, sedikit bercerita, sahabatku ini mualaf. Dan dia sahabat pertamaku saat dalam Fransiskus. Dia merupakan salah satu orang yang bisa aku bilang emosinya relatif selalu negatif. Lucu kalau mengingat bagaimana dulu jumpa. Dia merupakan salah satu cewek yang ditakuti. Aku sangat benci jika harus berurusan dengan orang macam dia. Apalagi dia ini serem tampilannya.
Tiba-tiba suatu hari, dia dateng dan mengajakku kenalan. Dan herannya lagi, dia nempel-nempel sama aku. Aneh gak tuh? Anak yang benci sama orang preman model dia malah jadi sahabat??

Dia orang pertama yang mengajarkanku untuk meluapkan emosi. Setelah dekat aku sering bertukar cerita dengannya. Sekadar info, dulu ekspresi yang aku punya Cuma dua, yaitu sedih dan marah. Jadi kalau sekarang ada yang memintaku untuk tersenyum, aku lucu sendiri. Dulu orang kehabisan harapan membuatku tersenyum. Katanya senyumanku sesuatu. Dan aku bingung, apanya sih??

 Dia sedih sendiri mendengar yang aku ceritakan. Dia selalu bilang, hampir tiap hari dulu seperti ini, “Luapin lagi emosi lo itu, Prim. Jangan lo pendem-pendem. Orang tahu kok Cuma melihat wajahmu itu kalo lo lagi sebel. Benci dengan sesuatu. Percuma lo tahan. Orang yang salah sama lo justru semakin senang melihat lo lemah dan kalah!”

Info lagi. Dulu aku tergolong anak yang suka dijahili. Dan aku diam saja. Sangat diam malah. Jarang bicara. Jika ada kawan-kawan yang memperlakukanku tidak adil di kelas aku juga diam. Diem abis deh. Jauh beda dengan sekarang.

Dia bilang lagi, “Inget! Kalo lo pendem-pendem, bakal ngerusak diri lo sendiri. Emosi lo tinggi banget. Nanti lo gila kalo ditahan-tahan. Serius gw.”

Dia, sahabatku ini seremnya ampun. Herannya aku bisa betah sama dia. Kalo aku kesel maksimal paling lempar buku 500 halaman atau lempar tas penuh isi. Dia? Lempar kursi dong coi!

Lucunya lagi waktu SD, aku jadi pendengar setianya. Setiap dia marah aku jadi bantalannya. Padahal dia sudah marah sama orang yang dia sebalin. Tapi masih kurang puas marah. Dan gak tau napa, saya dengerin pula dia marah-marah.

Dan lebih herannya, setiap habis cerita berapi-api sambil marah sama aku dia langsung reda dan gak bisa marah lagi. Padahal dia sebelum bertemu aku seminggu dijabanin musuhan. Cerita sama orang, orang itu malah jadi nambah perkara dia.

Orang aneh ya? Siapa yang aneh? Kami berdua aneh sepertinya :-)

***
Masih soal SD, aku sering kebagian duduk dengans eorang cowok Cina yang buseeeettt belajarnya ampun dah. Gak ngerti gw gimana dia belajar! 10 terus nilainya. Dan sebalnya aku harus duduk terus sebelah dia. Ketua kelas, sipek, galak, gahar, dan rivalan abadi.

Gak tau kenapa, kalo dia duduk sama anak cewek lain, dia biasa-biasa aja. Dingin, gak ngomong dan kayak es deh pokoknya. Tapi kalo kebagian duduk sama aku pasti sedikit banyak ngomong. Ketus sih.

Herannya lagi, dia secara gak sadar sering menjadikan aku objek rival. Sampe masalah nulis soal aja kami cepet-cepetan. Lucu kalo diinget-inget. #menggeleng

Soal tulisan, aku kenal seorang perempuan sewaktu SD. Persisnya kami bertemu saat kami harus berbaris di lapangan. Kami membuka tugas yang diminta guru-guru kami mengerjakan. Dan dia, wanita cantik itu datang dan mengagumi tulisanku.

Aku terheran. Apa yang menarik dari tulisanku? Tulisanku masih kalah bagus dengan orang-orang disana. Dia berkata, “Aku suka tulisanmu. Bagus.”

Aku terkesiap. Maksudnya?

Aku menjawab, “Kamu coba geh liat tulisan si ... Tulisannya bagus sekali.”

Dengan tergesa-gesa dia mencari wanita yang aku sebutkan namanya dan dia berkata tulisan wanita itu biasa saja dan tulisanku sangat bagus dan indah.

Aku bertanya-tanya, dia ini memuji beneran apa ngehina sih? :D

24-4-2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA