Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Penting Gak Penting

Penting Gak Penting Pokoknya. Aku tegaskan ini tulisan gak ada penting-pentingnya. Dalam seminggu ini rekor banget minum tiga-empat gelas kopi ditambah porsi tidur yang cuma tiga jam sehari. Biasanya empat jam sedikit-sedikitnya tidur. Kata kawan KKN, yang namanya minum kopi terus gak bisa tidur itu cuma sugest aja. Tapi kayaknya gak berlaku buatku deh. Terbukti nih. Manjur sakit. Aku berteman dengan teh bisaanya. Tapi berhubung--gara-gara aku juga sih--di rumah jadi agak keranjingan nyicipin semua varian Good Day yang seperusahaan sama kopi Kapal Api--cuma anak perusahaan aja--. Jadi, aku sangat tergoda untuk nyicip juga. Ahhhh.... Prima... Kebisaaan buruk diturutin! Next, ceritanya jadi maksain begadang-begadangan ini gini. 'Kan kalo mau lulus kuliah S1 harus buat skripsi yang tadinya aku pikir gak seberapa banget. Ya sudah, aku putuskan untuk iri dengan kawan-kawanku yang sudah gerak cepat membuat skripsi. Maklum, anak manajemen di tempatku berkuliah memang cepat

Hikayat Cipta

Allah menciptakan langit tanpa tiang. Dia menciptakan iblis dari api tanpa asap. Dia menciptakan malaikat dari cahaya. Dia menciptakan manusia dari tanah hitam yang diberi bentuk. Dia membentuk semesta dari yang awalnya hanya berupa gumpalan kabut. Dia menciptakan air di bumi dari tabrakan meteor. Dia menahan sayap burung ketika terbang. Dia mengatur gerakan jantungmu ketika tidur. Dia mengatur segalanya. "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S Ar-Rahman) Seperti yang termaktub dalam Al-Qur'an, "Berpikirlah wahai orang yang memiliki akal sehat!" Manusia, tidakkah kamu ingat?

Dalam Metafora

Dalam Metafora Ini bukan cerita apa yang seharusnya didapatkan, dipikirkan, dan ditindakan. Tapi ini tentang apakah yang Dia syariatkan. Tidakkah mengerti? Tidakkah ada rasa malu barang sedikit saja? Keinginan-keinginan bisa menjadi bunga, kata-kata bisa menjadi mega, dan tindakan-tindakan bisa menjadi angkasa. Tapi itu semua takkan pernah ada tanpa bibit, tanpa tenggelam mentari, dan tanpa antariksa yang digenggam Dia Yang Maha Esa. Maka mengapa tidak juga mengerti padahal hikmah telah diturunkan? Setiap ingin bisa jadi cerita. Tapi tak selalu dibuat ada jalan. Setiap kata bisa jadi selalu terucap. Tapi tak semua penuh makna. Setiap tindakan dapat selalu penuh harap. Tapi tak semua dapat diharapkan selamanya. Maka, apa yang membuat begitu alpa? Ingin, kata, dan tindakan. Kapan semua menyenandung kesempurnaan? Angkuh bilang pongah menyebut waktu. Karena itu dimiliki Pencipta Waktu. Pada waktu yang tak lagi terketik, semoga bukan rasa sesal dan sakit yang mencekik. Jangan coba lup
To change successfully, organizations should stop changing all the time. (Abrahamson, 2000)
Critical success factors for key activities that are critical for competing and winning can and have been identified. Most of them are attitudinal or behavioural, and are not difficult to adopt. Processes and support tools can be designed and built to cause people to behave in winning ways. The approaches of superstars can be captured and shared. Success is becoming a matter of choice. (Coulson-Thomas, 2005)
Surviving employees go through a refractory or adjustment period that constrains their ability to embrace the ‘new’ organization and to perform their work in an optimal manner. (Wyatt Company, 1993 Survey of Corporate Restructuring)
The scientific-technological revolution of our time, which is not confined to new electronic processes but also affects organizational changes in the structure of corporations, has fundamentally altered the forms of work, skill and occupation. The whole notion of tradition and identity of persons with their work has been radically changed. (Aronowitz and DiFazio, 1999)
If you look at the best retailers out there, they are constantly reinventing themselves. (Arthur Martinez, Sears President, 1996)
No longer able to forecast the future, many leading organizations are constructing arks comprised of their inherent capacity to adapt to unforeseen situations, to learn from their experiences, to shift their shared mindsets, and to change more quickly, broadly and deeply than ever before. (Rowden, 2001)

Seorang Hiyu

Aku sering tersenyum bahkan tertawa kalau mengingat kawan-kawanku banyak protes soal kurang terbuka, kurang berbaur, dan kurang-kurang lainnya dalam hal pertemanan. Sedikit bercerita. Sewaktu kecil aku tukang ngambek di rumah (sampai sekarang sih), cerewet, dan lainnya. Sampai suatu ketika, karena peristiwa berulang, aku berubah 180 derajat. Jadi pendiam dan nyaris tidak punya ekspresi kecuali sedih. Dari kecil, buku adalah suatu hal yang mahal buatku. Karena aku tinggal di dekat jalan ramai, ayah dan mama tidak memperbolehkanku sering bermain. Aku punya dua orang kawan kecil terhitung sebelum kelas empat SD. Namanya Caca dan Selvi. Caca adalah saudara jauhku yang berbeda usia satu tahun di atasku. Sedangkan Selvi adalah tetanggaku. Sayang, Caca jarang sekali berkunjung. Dan Selvi? Mama melarangku mendekati anak tersebut. Awalnya, aku tidak mengerti. Tapi sebagai anak, aku cenderung patuh hingga dewasa ini aku paham alasannya. Kesepian. Dilarang bermain. Terutama oleh ayah. Keseimb

Pengeluh Lancang!

Tidak ada rumusan manusia yamg benar-benar sejati. Pada akhirnya, mempersiapkan sesuatu untuk yang terburuk tidak membuat kita selalu siap ketika memang saat itu datang. Ada kalanya, berjalan dengan spontan saja sangat bijak. Meskipun telah bersiap, suatu bencana tetap menyisakan tangis. Lalu, untuk apa dipersiapkan sejenak dan dilalaikan? Lebih baik berjaga tanpa henti. Memang, teori laksana menara gading. Sulit disentuh. Tapi, apalah modal yang dimiliki selain percaya? Percayalah ia bisa ada dalam kehidupan ini walaupun dalam bentuk yang paling tidak sempurna. Wahai para pengeluh! Seandainya tabir-tabir yang Tuhan bentangkan pada setiap kita disingkapkan, niscaya kita akan tercengang. Tercengang siapa-siapa yang rela mengorbankan dan menebus segala yang dimiliki demi mendapatkan takdir yang sama dengan kita. Kita hanya terlalu lemah dan bersedih. Kita hanya kurang positif dan lalai. Menganggap hidup milik kita adalah yang paling memilukan di dunia. Tak kaulihat di puing-puing yang ta

Langit Utara

Langit Utara Langit utara berada di sisiku. Memberikan mendung yang paling magis. Lalu angin barat membawakan badai. Terciptalah retakan-retakan hujan dari sela-selanya sebagai anak. Membawakan kidung-kidung kemakmuran dan rinai-rinai kesejahteraan. Langit utara aku yang berada di selatan selalu menduga-duga. Menduga mana-mana awan yang pernah menjajaki langitmu. Aku ingin tahu mana kanvasmu. Surai-surai jingga, ungu, dan merah jambu yang bagaikan pipi-pipi anak perawan. Langit utara seandainya aku dapat bermigrasi layaknya burung-burung yang menghatur lelah mencari bebijian; atau tempat tinggal. Sayang, aku tak bisa. Batang ilalang selalu menancap di tengah tak berpilihan. Maka, aku berharap ada badai tropis yang membawamu : padaku. Bandarlampung, 3 September 2013 Prima Helaubudi

Bitter Learning

menunda melakukan hal yang baik adalah kebodohan. *** hidayah itu seperti api. jika tidak dijaga ia akan padam. *** manusia itu memusuhi bentuk lain dari dirinya sendiri, yaitu nafsu. *** kehidupan itu seperti untaian benang. jika kamu tidak sabar, ia bertambah kusut. tapi jika kamu sabar, ia terurai satu per satu. ***

Wise Think Today

Seperti ikan salmon yang mengarungi Samudra Artik. Mereka selalu kembali ke teluk yang sama untuk berkembang biak dan mati. Seperti kupu-kupu beracun Meksiko. Mereka terlahir untuk bermigrasi ke Amerika Utara. Mati dalam migrasinya dan menurunkan mimpi kembali ke Meksiko kepada generasinya. Lalu, manusia? Tidakkah sadar bahwa selayaknya salmon dan kupu-kupu beracun itu bahwa kita akan kembali ke sumbernya? *** Menjadi manusia berarti PR tiada akhir. Karena kita sadar semua akan dimintai pertanggungjawaban. Maka dari itu, wajar jika dalam shirah perandaian yang paling mendalam dari para sahabat adalah menjadi makhluk yang terlupakan. *** "Ikan yang cerdas adalah ikan yang tahu kapan harus ikut dan kapan harus melawan arus." *simbolis

Penembakan Peluru Pada hari

Penembakan Peluru Pada hari Sebuah peluru meletus. Melubangi dada hari. Dan hari terengah-engah menahan derita. Itu bukan peluru biasa. Tapi peluru berisi kalimat-kalimat benci dan sumpah-sumpah serapah. Sudah sekian kali. Tapi hari tak juga mati. Meski sekarat, hari tetap bernafas. Satu-satu. Entah bagaimana Tuhan membiarkan hari tetap memiliki ritme hidup. Dalam kekuasaan-Nya, hari tetap berjalan. Rekaplah peluru-peluru itu. Tak perlu peluh dan letih ditembakan. Esok, belum tentu peluru ini begitu jitu. Bisa saja hanya terkena pangkal paha, bahu, atau lengan. Atau justru kejutan tepat di tengah pelipis ia bersarang. Isilah peluru itu. Tak perlu peluh, letih. Tapi siapkan tuas pistol dan ruas jemari. Setiap hari. Tiada henti. Tak mengertikah penembakan itu sia-sia? Bandarlampung,17-9-2013 Prima Helaubudi
Change, before anyone else force you to change. - Jack Welch, Ex. CEO of General Electric

Monolog - Rena Tidak Mau Mengerti

Rena Tidak Mau Mengerti   Hai, kenalkan. Namaku Rena. Tidak ada yang spesial dariku. Wajah pas-pasan. Uang tak ada. Pintar juga tidak. Sudah. Pergi saja sana jika merasa tidak menarik. Aku di sini Cuma akan bercerita kok tentang kehidupan saya yang sempurna. (tertawa) Ya. Kehidupan saya yang sempurna. Kata kawan-kawan, wajah saya sangat kekanak-kanakkan. Iyalah. Ibu saya awet muda. (berbangga)Dan kata kawan-kawan juga, saya tidak punya masalah. Buktinya, saya selalu tersenyum dan bersikap manis. Kadang-kadang menyebalkan. (diam sejenak) Tapi ini rahasia lho. Serius. Saya akan menceritakan sesuatu kepada kalian seorang. Janji? Ini rahasia kita saja. Aku tinggal di keluarga yang keras. Eh, tapi bukan manusia batu lho yang terbuat dari batu. (tertawa sendiri) Ehm, maaf, garing. Suatu hari, aku masuk ke dapur dan membantu ibu. Aku saat itu masih anak kecil yang suka buang ingus sembarangan. Aku melihat ibuku memasak tumis kangkung lezat kesukaanku. Hem... dikasih te

Wanita Bersiluet Kesedihan

Wanita Bersiluet Kesedihan Sewaktu SMP, larangan yang diberikan ibuku untuk tidur pukul 21.00 telah dicabut. Kenapa dicabut? Karena aku tidak patuh tentunya. Zaman dulu tidak seperti sekarang. Zaman dulu ada waktu yang khusus untuk tayangan orang dewasa. Dan zaman dulu, jam sembilan malam adalah waktunya untuk tayangan milik orang dewasa. Sayangnya, dulu aku tidak paham peraturan itu. Ada sebuah acara televisi yang aku sangat sukai. Saking aku sukai, aku tidak pernah menontonnya lagi karena sangat mengguncang hati. Aku lupa judulnya. Acara tersebut merupakan kisah-kisah perempuan yang paling haru. Dikirmkan lewat surat kepada redaksi televisi. Ketika dianggap sangat pantas diangkat ke khalayak, maka akan difilmkan kemudian tayang. Berikut kisah yang aku tonton pertama dan terakhir kalinya. Wanita ini adalah seorang kembang desa. Tinggal di wilayah pinggiran. Ayahnya adalah seorang petani miskin. Kemudian karena resesi tahun 1998, ayahnya terpaksa meminjam kepada