Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

Sepucuk Rahasia

Rabb-ku Yang Maha Kuasa, atas kuasa-Mu aku memeluk agama Islam. Atas kekuatan dari-Mu-lah aku mampu menahan derita. Atas kesabaran dari-Mu-lah aku mampu menguasai nafsuku dan lebih memilih-Mu. Aku lemah, ya Rabb. Tak ada daya. Tak lagi punya upaya. Haturanku berasa tak ada capaian. Karenanya hatiku terasa hancur berkeping-keping. Dan air mataku hendak jatuh berderai-derai. Wahai Dzat Pembolak-balik Hati, sungguh hatiku sering tercebur dalam keluh. Dan ia jua sering tercerabut dalam kesah. Aku kurang syukur dan menjaga aib-aibku yang telah Engkau rapatkan tabirnya. Tapi apa yang kulakukan? Betapa sering aku mengeluhkan masalahku kepada selain-Mu? Ya Rahman, dalam hati Engkau Yang Maha Mengetahui apa yang kusiratkan. Betapa sering kuingin menangis namun kuceriakan diri walaupun sejenak. Sejenak agar hanya Engkau yang tahu. Menggemerisik syahdu di hatiku. Ya Rahim, betapa ingin kumarah dan kuhempaskan semua. Namun aku tahu Engkau melarangku dari lisan kekasihmu untuk meredam nafsu ang

Perempuan dan Kekasihnya #1 : Kehidupan Ketiga

Sayangku, bagaimana semua akan berakhir? Apakah kita akan berjumpa lagi, nanti? (terdiam ia menatap hari yang mulai tersingkap dari kabut-kabut, menetra) Apakah kamu membicarakan tentang nanti? (lelaki itu memandang perempuannya) Ya, tentu saja. Semoga. Hanya itu? Ya. Aku tak dapat menjanjikanmu apapun. Aku hanya berharap semua bisa pasti layaknya kau dan aku, sekarang. Sekarang? (perempuan tersenyum) Ya. Sekarang. (lelaki turut tersenyum menyaksikan perempuannya tersenyum. tapi matanya amat mawas, serius) Kita mungkin dapat berpisah. (perempuan menggigit separuh bibir bawahnya, lembut) Bukan mungkin. Tapi pasti. (lelaki mengujar mantap) Rupanya kautahu objek apa yang kumaksud. (perempuan memincingkan matanya, licik, kalah, dan bahagia) Berhentilah mengujiku, perempuanku. Aku sangat mengerti kau. Sebab kita berjodoh. Ya, karena kita ditakdirkan berjodoh. Dalam... (tertawa) Dalam ikatan iman kepada-Nya. Ayolah. Berhenti mengujiku. (serius) Kautahu, tentu tahu betapa pent

Sasar

Terkadang, aku bertanya-tanya. Apakah aku kesasar? Lalu kamu, dia, dan mereka sama-sama menaikturunkan bahu-bahu bidang. Seolah balik bertanya kepadaku. Cobalah. Aku ingin bertanya hakikat sasar padamu. Apakah seorang Tuan tega membiarkan budaknya kesasar? Bisa jadi. Apalagi jika budak itu tak tahu diri. Apakah aku tidak tahu diri? Lagi-lagi kamu, dia, dan mereka menaikturunkan bahu. Bagaimana ini? Bagaimana jika aku memang kesasar? Kamu, dia, dan mereka. Kalian bagaimana? Telah tahukah kalian? Kesasar sendirikah aku? Lagi-lagi naik-turun bahu. Sejak kapan itu jadi babu ekspresi. (maka burung-burung berkicau. telah jelas awang adalah langit dan pohon adalah rumah. awangku melebihi langit dan pohon terlalu bobrok untuk menjadi rumahku. aku hanya bisa memandang arah yang atas) Bandarlampung, 27-10-2013

kotaku

kotaku membisikkan namaku dibalik pingitan waktu. tanpa dia ketahui, aku mengangguk dibalik teralis rindu. kotaku tak lagi sama. banyak bangunan telah diruntuhkan dan kisah-kisah yang dipersilihgantikan. aku sungguh ingin keluar. merengkuh kotaku dengan segala daya. tapi apa mau dikata, itu dilarang. seorang gadis pingitan memang tak kuasa menolak perasaan. tapi dikuasakan menerima jarak kejauhan. kotaku takkan menungguku untuk berubah. dan memang dia tidak perlu. begitu banyak yang diurusnya. jangan aku menambah keakutan pikiran itu. pada waktunya nanti, kotaku akan datang mengetuk pintu dan mengajakku berkeliling dengan sopan. menampilkan jejalur pariwisata paling indah; membumbung ke seantaro negara. aku kini hanya perlu tidak membuka diri untuk kisah-kisah menarik kota-kota lain. aku juga tidak perlu berjalan demikian jauh untuk jadi asing. biarlah dia datang sendiri. Bandarlampung, 27-10-2013

Huaaaaa! Ngeness!

Huaaaaa! Ngeness! Huaaaaa… Gila banget. Pagi-pagi buta aku berkutat dengan jurnal-jurnal internasional yang bahasa Inggris itu dan skripsi-skripsi S1 dari beberapa universitas di Indonesia. Ngeness banget, Bro! Bayangpun. S1 di Pulau Jawa udah make metode SEM dalam penelitian manajemen mereka. Di kampusku? Wooaahh… Pake SEM sama aja cari mati di ruangan seminar. “Itu bukan makanan kalian!” ujar dosen statistika di tempatku. Jurusan manajemen disalahkan lagi gara-gara nggak belajar ekonometrika. Emang kapan lulus belajar ekometrika? --____--a Aku ngeness lagi. Aku sudah cocok sih sama judulku. Tapi aku belum yakin bakalan diperbolehkan sama dosen lain. Aku kemarin sudah me-list 24 judul standar dan tanpa ada chemistry di antara kami. Hallaaah… Dan aku cocok di judul ke 25 yang sekarang sedang kugarap. Yang standar tesis itu. Judul awalku ditolak. Pokoknya tentang organisasi virtual. Dan tahu kenapa ditolak? Itu nggak bisa diteliti di Indonesia. Aku tambah ngeness kemari

Horor

Tidak habis pikir dengan pemikiran kaum ateis. Mereka menyatakan tak adanya pencipta. Mereka juga mengatakan perihal roh hanya mitos metafisis saja. Allah sudah menantang mereka untuk menciptakan diri mereka sendiri. Lancangnya mereka menjawab tantangan dari Maha Pencipta dengan kloning. Klaimnya kata mereka rumus dan prosedurnya mustahil salah. Tapi tanpa ke-Mahakuasa-an Allah, roh dariNya, pada akhirnya nihil. Tidakkah diperhatikan susunan-susunan tubuh, langit, dan semesta ini? Padahal mereka sendiri yang membuktikan bahwa semesta mengembang dan Hari Kiamat haqqul yakin. Sungguh beruntung manusia yang beriman dan memiliki akal sehat. Betapa banyak yang diberikan akal tapi tidak berpikir untuk mentadabburi semesta ini. Menguji dan khianat pada Allah. Padahal manusia yang akan ditanya. [Semoga akhir hidup ini baik. Dan tidak terjerumus; tetap istiqamah. Betapa mengerikan tersesat seperti itu.] *serem

Nasihat Ibnu Qayyim #1

Barangsiapa tidak menemukan keramahan Allah ketika bersama manusia dan tidak menemukannya ketika sendirian, maka dia adalah orang yang baik tapi lemah. Barangsiapa menemukan keramahan Allah ketika bersama manusia dan tidak menemukannya ketika sendirian, maka dia adalah orang yang ikut-ikutan. Barangsiapa tidak menemukan keramahan Allah baik ketika bersama manusia maupun sendirian, maka dia bagaikan mayit yang terbuang. Barangsiapa menemukannya baik ketika bersama manusia maupun ketika sendirian maka dia adalah pecinta Allah yang sejati. Barangsiapa yang pintu imannya terbuka dalam kesendirian, maka keimanannya tidak akan bertambah kecuali dalam keadaan menyendiri. Barangsiapa yang pintu imannya terbuka ketika bersama manusia maka keimanannya tidak akan bertambah kecuali bersama mereka. Barangsiapa yang pintu imannya terbuka dengan menerima seluruh ketentuan Allah, bagaimanapun kehendak-Nya, maka keimanannya bisa bertambah baik ketika bersama manusia maupun dalam kesendirian. Kea

Klasik

Klasik Oke, Fine. Satu minggu ini entah ada apa semua orang di sekelilingku menyebutku dengan salah satu hal yang mengasosiasikan diriku. Kuno, klasik, old school, konvensional, dan berbagai padanan kata yang lainnya. Memang sih, aku orangnya sangat klasik. Kawan-kawanku terutama perempuan sangat tahu aku sangat suka rumah klasik, warna-warna klasik, dan segala macamnya. Kemarin, aku menemani kawanku berbelanja di suatu departemen store. Dan aku... ah, jadi perempuan banget. Itu lho, yang kalau melihat barang-barang unik langsung membesar pupil matanya. Aku senang sekali melihat barang pecah belah warna hitam. Woooaahh. Lalu, gelas-gelas minimalis bening yang diberikan kontur rintik-rintik hujan, jam-jam minimalis dengan sentuhan kayu, bahkan peralatan kantor Yang bergenre kayu gelap. Aih, memang. jadilah aku terhina-dina oleh kawanku. Bisa, bisa jadi aku memang sangat klasik. Ah, mau apa? Klasik itu indah, cantik, elegan, dan anggun buatku. Jadi jangan heran. Sayangnya, kata kawan

Sebut Saja Maria

Sebut Saja Maria Tetiba telah terbilang seminggu aku memikirkan dia. Aku memasuki ruangan putih besar itu bersama kawan setimku kala itu. Dan kami menerima materi menarik yang lama-kelamaan menjenuhkan. Lalu di penghujung hari, pemateri meminta kami untuk tampil di depan kelompok lainnya satu per satu. Di sanalah aku bertemu dia. Perempuan itu berambut keriting bergelombang, memiliki gurat-gurat keras nan tegas di wajahnya, tapi diimbangi dengan wajah kekanakkan yang sangat purna. Intonasi suaranya takkan kulupa. D ia mengucapkan salam dengan tatapan yakin dengan menyapukan pandangannya kepada kami, suara yang khas, dan menggetarkan hatiku seketika. Sungguh, aku ingin tahu siapa dia. Di hari terakhir kami mengikuti pelatihan, aku putus asa untuk mengenalnya. Ya, kelemahanku. Aku tidak sanggup mengucapkan kalimat perkenalan. Melangkah satu-satu ke arahnya pun aku tak mampu. Dengan setengah menahan rasa maluku, aku meminta kawanku yang luar biasa cair untuk menemuinya, menanyakan nam

Kejangkau Sih

Udah pukul 23.10 berdasarkan jam dinding di kamarku yang kecepetan 15 menit saat mulai kutulis ini. Aku merasa luar biasa ironi. Kata orang-orang, hadits, dan Al-Qur'an sih manusia selalu akan diuji Allah dari kelemahannya yang paling parah. Dan malem ini aku (lagi) sadar bahwa Allah seperti men-training-ku di kamp kehidupan. Masuk kuliah dengan jurusan yang seumur hidup gak pernah aku denger. Subhanallah. Masuknya pake PKAB pula. Kata dosenku yang jago statistik, di tempatku berkuliah bukan suatu kebetulan dan nyaris tidak ada kesalahan dalam penerimaan mahasiswa berdasarkan bakat. Mereka punya software khusus melihat kemampuan. Jujur, gak tau apa yang buat aku pas sama manajemen. Bayangpun, rapi gak, terorganisir juga gak, dan ngerti ini jurusan juga gak. Berasa nyasar. Tapi pas denger gitu pasti ada suatu potensi--nulisinnya aja di sini berasa geli karena aku merasa kurang soal potensi--dalam diriku. Aku hanya perlu berguru dengan lebih rajin dan tepat. Dan sekarang, sebagai

Jalur yang Bercabang (Lima Cabang)

*NB : Ini Coretan yang Panjang Jalur yang Bercabang (Lima Cabang) Terkadang tanpa sadar segala sesuatu bermuara pada hulu yang sama. Satu : Pengalaman Tentang Ilmu “Muhrim sama mahram emang beda, ya?” Itulah salah satu pertanyaan besar saya yang dulu saya tanyakan dan pendam dengan bodohnya. Padahal ilmu ‘kan, ya? Lalu, kenapa saya pendam? Sederhana. Saya pernah berada di suatu masa yang ketika ada seseorang menjelaskan suatu hal, ternyata hanya saya di ruangan tersebut yang tidak mengerti perihal ilmu akhirat tersebut. Dan saya menanyakannya. Alhasil, saya ditertawakan seantaro ruangan. Tadinya, saya ingin menyatakan bahwa shahabiyah saja menyoal urusan ilmu tidak malu bertanya. Seorang shahabiyah pernah menanyakan pada Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang kurang lebih isi dalam hadits—yang saya belum hafal itu—, “Ya Rasulullaah, sesungguhnya saya perwakilan para perempuan ingin menanyakan suatu hal kepadamu. Dan malu itu tidak menghalangi ka

Like Father Like Daughter

Masih zaman, ya, galau muterin lagu-lagu dugem sama cinta-cintaan pake loudspeaker tengah malem di samping jendela kamar orang tiap hari? Oke, fine. Sekarang saya gak pake headset, silahkan dengerin playlist saya langsung dari Allah, empunya manusia. Situ oke? *** Huh. Berisik banget. Apa maunya orang misterius yang hampir tiap malem ganggu kepulasan tidur saya dari samping jendela. Saya pun tiba-tiba teringat sosok yang sudah terhitung tiga tahun tidak menjaga rumah ini. Sosok yang setiap saya pulas diam-diam membuka pintu kamar saya sembari mengusap ubun-ubun saya. Atau terkadang karena terlalu sering terbangun, saya mengunci pintu. Sosok itu terdiam sejenak di luar kamar saya sembari mengecek apakah saya benar-benar sudah tertidur dan kemudian berlalu. Sosok itu selalu siaga dengan golok dan mata merah nanarnya--karena menahan kantuk--pada siapa saja yang hendak menuju ke rumah yang dihuni anak-istrinya. Sungguh. Sosok itu tidak diketahui sepak terjangnya bahkan tiga rumah dar

Pengibaratan

Pengibaratan “Jika kamu bersikap keras kepada dirimu, maka dunia akan bersikap lunak kepadamu. Sebaliknya, jika kamu bersikap lunak kepada dirimu, maka dunia akan bersikap keras kepadamu.” “Perubahan dimulai dari saya.” “Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan.” “Tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali perubahan.” “Orang yang mengatakan bahwa orang lain dan seluruh dunia berubah sementara dia sendiri hanyalah satu-satunya yang tidak berubah adalah orang yang paling egois.” Sudahkah kamu membaca pengibaratan ini? Aku banyak sekali membaca pengibaratan seperti ini bahkan jikapun aku tidak mengerti. Seseorang pernah mengatakan kepadaku, “Baca sajalah meskipun kamu tidak mengerti maksudnya. Adakalanya, kamu tidak mengerti hal yang dimaksudkan sekarang, tapi mungkin di masa yang akan datang, kamu dengan ajaib akan mengerti.” Aku mengerti pengibaratan ini sekarang. Padahal dahulu, aku selalu bertanya-tanya maksud dari pernyataan-pernyataan ini apa. Sekara