Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013
Ya Rabbi.. Lagi-lagi kudoakan hal-hal itu pada-Mu. Pada-Mu yang tak pernah jemu mendengar permintaan setiap hamba. Ya Rabb, tak jemu kucoba berharap lagi masalah tersebut. Jadikan harapanku milikku, jika Engkau menghendaki ia baik bagiku. Dan jadikan rasa syukur tersemat selalu di hati kecilku. Jadikan harapanku bukan milikku, jika Engkau menghendaki ia buruk bagiku. Dan jadikan rasa sabar pelipur lara saat duka menyapuku. Ya Rabb, penuhi hatiku dengan kecintaan purna pada-Mu sehingga apa-apa yang kulakukan semakin mendekatkanku pada-Mu. Ya Rabb... Aku rindu ingin melihat kesempurnaan wajah-Mu.. Jadikan kerinduan mendalam ini buah dalam ibadahku. Agar ibadahku juga merefleksikan cinta pada-Mu. Bukan sekadar apa adanya. Ya Rabb, selamatkan hamba-Mu ini di Yaumul Hisab kelak.. Tutupi aib-aibku, Ya Ghafur..
Dahulu, ada seseorang yang mengomentariku karena suka sekali melanggar tata bahasa sebab sering tidak mengenakan subjek pada tulisan. Sebuah kebiasaan kecil nan fatal yang sulit dihilangkan. Sebab aku suka merasai apa yang dituliskan orang lain--tanpa subjek--seolah adalah diri sendiri. Rasanya satire.

Ketika

Ketika jalurku dan jalurmu tak lagi akur, bisakah kamu mengatakan iya pada perpisahan. Aku yakin kamu akan bilang aku adalah orang yang tidak pernah merasai cinta, rindu, atau kasih sayang. Ataukah kamu yang memang terlalu dangkal memaknai aku? Ah, aku tak pernah meminta untuk kaumaknai. Aku juga tak pernah purna memaknai diri. Jangan mencuri dariku! Mengapa kamu diam saja? Semua memang sesuai kehendak yang tak tampak. Semua terjadi begitu saja. Dan berlalu begitu saja. Hanya sebatas itu. Namun, benarkah? Mungkin. Aku hanya bisa memungkasmu dengan kata mungkin. Ketika angin padu, terciptalah badai. Ketika napas bumi padu, terciptalah awan. Namun, kita takkan pernah mengerti langit. Sebab ia bukan cuaca. Berhembuslah, Terus bernapas, 17-4-2013

Sampah

Sampah Bagaimana, ya, aku akan menceritakan ini kepadamu? Baiklah. Aku mulai dengan keadaaan laptopku yang lagi-lagi bermasalah. Sebut saja, semua tulisanku ada di dalamnya. Dan aku mau tidak mau harus menyimpannya di jejaring ini segera. Aku sedikit sebal dengan ide menyimpannya sebagai draft . Maklum,aku tipikal orang yang lebih konsisten untuk total dalam suatu hal. Dipublikasikan atau tidak. Iya, iya sekalian. Tidak, tidak sekalian. Tidak ada pertengahan. Kalau mau yang tidak jelas demikian, akhiri. Titik. Aku berpikir ulang ketika melihat cermin malam ini. Benar, di bawah lampu yang temaram aku nyaman melihat wajahku sendiri. Berbeda dengan saat terang atau saat-saat di mana para perempuan kebanyakan suka bercermin. Sederhana. Aku tidak suka wajahku tertimpa cahaya yang teramat tegas. Aku orang yang terlalu pemalu, sebenarnya. Sampai-sampai mencapai tahapan minder alias tidak percaya diri. Benar, aku tidak punya percaya diri yang cukup sebagaimana kawan-kawan se

Ingatlah Aku seperti Apa yang Ingin Kalian Ingat

Ingatlah Aku seperti Apa yang Ingin Kalian Ingat Ingatlah aku seperti apa yang kalian ingin ingat. Aku akan mengatakan bahwa aku tidak ingin perduli. Kukatakan demikian karena memang seingin apa pun kuingin kalian mengingatku seperti yang kuingin, akan semakin tidak bisa. Dan tidak pernah bisa. Ingatlah kejelekkanku. Ingatlah betapa lemah aku. Atau ingatlah betapa pasifnya aku. Aku tidak perduli. Memang kapan kalian memberiku kesempatan untuk membicarakannya? Bukankah kalian begitu senang mendengar tawa dan canda dari kolega kalian dibandingkan menghabiskan waktu dengan diam memandang langit bersamaku? Lalu, apa yang perlu kita diskusikan? Kalian mengatakan bahwa aku terlalu banyak bermimpi. Aku enggan mengatakan bermimpi itu bebas. Dan aku sekat semua itu. Kalian mengatakan padaku bahwa aku terlalu dingin. Aku enggan meminta garansi kebersamaan kalian saat nanti aku bersikap hangat. Ingatlah aku seperti apa yang ingin kalian ingat. Aku takkan berbicara lagi, l

Seorang yang Baru

Hari ini, aku tepat sampai di sebuah tempat yaang sempat menyematkan kenangan ke beranda hatiku. Kenangan di mana kisahku dan kisah mereka pernah bersilangan, berhimpit. Sebuah sekolah menengah atas yang dipenuhi jutaan remaja tanggung. Aku dulu adalah mereka. Aku dengan keceriaan yang sama dan juga senyuman yang sama, juga tempramen yang sama. Ketika hari ini aku mengunjunginya untuk menemui seseorang, apa yang aku dapati? Semua berubah dan bergerak. Seperti teori tentang waktu yang tak pernah berjalan mundur. Atau tentang semesta yang senantiasa mengembang, melahirkan jutaan bintang baru di setiap masa. Mata mereka menghujamku tajam. Mungkin, karena aku jauh berbeda dengan sebelumnya. Aku tidak lagi berteriak-teriak riang. Aku bahkan tidak lagi kalah pendiam dengan lukisan gajah yang baru saja dicat bulan ini. Aku menghampiri tempat yang dahulu adalah wilayah kekuasaanku. Teritorialku. Namun, ia berubah dengan sangat cepat. Ia gegap dengan lusinan mobil yang dahulu tak pernah a
Untuk sekarang, bertengkar, berbantahan, berdebat kusir, reaktif, dan berlebihan dalam bergaul aku tidak suka. Suka atau tidak, itu terserah anda. *** show up? haus pembuktian diri? mengejar ambisi? bukan masanya lagi. dunia takkan memuaskan. *learn *** banyak yang mengira, keluargaku sudah terjaga. padahal proyek dakwah di keluarga besar sekali. dan aku, hanya bersendiri. mereka, adalah prioritasku juga. kata murobbi, "Sentuhlah keluargamu dengan nikmatnya Islam seperti kita. karena bagaimanapun sibuknya kita mendakwahi orang lain.. coba tanyakan pada hati masing-masing, kalau bisa tentu kita ingin bersama keluarga kita di surga-Nya.." kalau ingat percakapan ini, sedih rasanya. belum berarti banyak.

Resonansi (Lebih Dahsyat dari Jatuh Cinta)

Resonansi (Lebih Dahsyat dari Jatuh Cinta) *Based on My Life on 30 th December 2012 Hari ini aku bergabung dengan kawan-kawan seperjuangan untuk mengadakan sebuah tabligh akbar di sebuah masjid besar di Bandar Lampung. Aku sedikit kebingungan karena di hari Rabu, aku tidak dapat mengikuti rapat sebab tidak diperbolehkan mama keluar hari itu. Dari video yang direkam oleh sahabatku SMA yang ditakdirkan kini satu tempat halaqah denganku, aku melihat bagaimana tim kami rapat. Alasan hari itu dipilih sebagai waktu yang pas untuk tabligh akbar juga salah satu yang menarik. Kenapa orang suka menghambur-hamburkan uang dan terjebak dalam free-sex di Tahun Baru yang tidak disyariatkan? Kenapa tidak kita lebih menghisab diri dalam pengurangan umur dunia ini? Tidak seperti biasanya di mana kami hanya bergumul dengan para akhwat , kami berjibaku dengan para ummahat . “Nanti kalo rapat dengan ummahat , yang akhwat jangan mau kalah, ya? Mereka udah ummahat , harusnya kalian