Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Sebuah mimpi di hari jumat

Gambar
--kemah di sudut gunung Kemarin, aku bermimpi ganjil tentang kita. Berkemah di musim hujan--kan bodoh? Menjadi muda lagi, dan lekat dengan waktu yang memikat. Seseorang berlakon menjadi anak pemilik rumah di atas gunung. Seseorang yang lain berlakon menjadi ketua kelompok kemahku. Ramai. Bising. Dan kita berjalan menuju festival makanan? Di atas gunung. Ah, iya. Ini mimpi. Semua sah-sah saja. Aku dapat undangan--pernikahan. Yeah. Antusias tidak antusias. Dan seseorang itu menikah dengan suaminya--di dunia nyata. Dalam kemewahan rumah lantai tiga sesak tamu--yang tak terjadi di dunia nyata. Mereka tersenyum, nyaris tertawa dengan bahagia. Aku ikut senang dan bersyukur aku memilih untuk antusias. Meskipun ini hanya mimpi. Izinku berakhir. Dan kembaliku pada kelompok kemahku. Seseorang yang lain menungguku lama di festival makanan. Aku seolah lupa bahwa aku sudah datang di pernikahan seseorang. Ah, aku lupa makan. Ini kan mimpi? Makan saja lagi. Karena banyak fragmen yang tidak

musim salju dan awal melihat ulang penyesalan

Gambar
ketika matahari sepenuhnya menutup mata berselimutkan putih, awan menjadi tulus dan kita menjadi putih, tapi bukan menjadi awan hanya menjadi awang tentang kekosongan yang terlihat penuh terbalik dengan di awal yang penuh peluh monokrom (sialan?) tapi semua tetap berjalan ranting melepas daun berserakan dengan ikhlas Sumber: notdabblinginnormal.wordpress.com Bandarlampung, 28 Desember 2019 Prima Helaubudi Melihat sebuah video tentang musim salju dengan gurat wajah orang-orang yang terlihat bahagia di luar namun kosong di dalam. Dan musim salju membantu mereka menunjukkan sedikit luka.

kisah sampiran

Gambar
dua kata tak lagi berteman aku (dan) kamu berhimpit punggung di ujung perbatasan bertemu persimpangan pada awalnya, sepasang jemari mengapit darah kembali ke nadi bentang kian melebar, darah kembali kepada keringat pada akhirnya, sepasang jemari tak menjangkau kedua kepala menoleh ke arah dengan bahu yang berbeda senyap mata unggun berkaca padang pandang terbagi, depan dan samping hingga sampai di garis tipis dan keberadaan hanya tinggal siluet ah, kamu menghilang aku maju dengan melangkah mundur jalan itu semakin kabut, hilang seperti tak pernah ada fatamorgana kenangan mengekalkan jalan itu untukku, untukmu, dan yang pernah kita. Sumber: equinoxpub on Pinterest Bandarlampung, 15 Desember 2019 Prima Helaubudi