Distorsi Sejarah


Distorsi Sejarah

Sekitar bulan Maret—entah hari Senin atau Kamis—, aku menemani seorang akhwat untuk membeli sebuah Alquran di sebuah toko buku di wilayah Bandarlampung. Aku ikut bersamanya; menemani. Tak lama berselang, waktu sudah menunjukkan hampir magrib. Dan kita bersama menuju rumah makan yang tak jauh darinya. Ya, segelas jus dan juga semangkuk bakso.

Dalm perjalanan, dia berbicara kepadaku, “Prima.. Aku nggak suka lagi ikut seminar-seminar begitu.”
“Aku setuju. Kurang berfaedah. Lebih baik membaca buku. Tapi itu juga harus disitir.”
“Aku setujua. Aku juga kurang percaya dengan buku sekarang ini. Cukup Alquran yang aku baca terus-menerus dan juga hadits.”
Aku mengangguk.

***

Kisahku di atas hanya pembuka. Sesungguhnya, aku memang sudah tidak begitu suka membaca buku-buku umum, kecuali sastra, mungkin. Sebab, banyak distorsi dan rasa sakit hati yang mencuat atasnya.

Kalian, pembaca silahkan ungkap ketidaksetujuan atas tindakanku ini. Ini adalah fakta yang aku ungkap satu per satu.

Jujur, aku memang kurang menyukai sejarah. Sederhana. Memang sejarah adalah pelajaran yang dalam tingkatan ilmu adalah mubah. Aku kesulitan menghafalkan waktu dan nama-nama tokoh meskipun aku adalah anak sosial. Namun, catat ini. Aku sangat menghormati sejarah. Aku selalu berkeyakinan bahawa apa yang disampaikan oleh sejarah saklek benar adanya.

Itu terbantahkan. Aku menemukan fakta-fakta menyakitkan.

Engkau tahu Musthafa Kemal Pasha yangs elalu dielu-elukan dalam buku sejarah kita karena dianggap telah membawa era modern pada Turki yang terkenal fundamentalis Islam? Tahu dia siapa sebenarnya? Dia adalah pengkhianat yang rela menikam bangsanya sendiri demi sebuah kedudukan sebagai seorang antek zionis.

Kamu kenal dengan Adam Smith? Tahu The Wealth of Nation? Tahu ada sebuah negara yang begitu makmur di mana kesejahteraan merata? Tidak disebutkan bukan negaranya apa? Negara itu adalah khalifah Islam di bawah pimpinan Umar bin Abdul Aziz. Apakah kamu tahu bahwa sesungguhnya dalam tarikh-tarikh sejarah Islam dia plagiarisme buku-buku karangan Ibnu Khaldun di mana saat itu Andalusia tergenang oleh tinta hitam karena perpusatakaannya dijarah? Aku rasa jarang yang tahu.

Kamu kenal dengan reformasi Indonesia? Saat dilihat, aku menemukan fakta-fakta mengejutkan saat bertemu dengan angkatan tua. Mereka meragukan reformasi. Ada yang berkata itu adalah zionis. Ada yang berkata itu memang pure mahasiswa. Ada yang bilang mahasiswa dibodohi. Entahlah. Aku jadi sedih mendengarnya.

Apakah kamu sedang membaca buku saat ini? Perhatikan footnote-footnote dan daftar pustakanya. Aku pernah membaca bahwa sesungguhnya banyak orang hanya mengklaim dari daftar pustaka dan footnote mereka. Dan saat ditelusuri kenyataannya berbalik 180 derajat. Aku sudah pernah membuktikannya. Dan aku terkejut, bahwa yang dinyatakan ada benarnya.

Aku juga pernah mengunjungi sebuah pertemuan jurnalistik. Di sana dijelaskan tentang penulisan sastra yang berbentuk esai. Aku kecewa. Sebab, dengan mudahnya si pemateri berbicara seperti ini, “Sangat mudah jika ingin mendapatkan duit. Kalian tinggal nulis bagus lalu dikirim. Setelah itu, berbalasan dengan kawan kalian. 200 ribu di tangan. Kalau kalian ingin menulis tentang hal yang tidak kalian paham, mudah. Gampang aja.

“Pertama, kalian bilang dari kelompok apa. Kelompoknya anggap yang seolah simpatik dan amannya kalian bilang sebagai pemerhati. Lalu, kalian buat kerangkanya. Tulis apa yang ada di otak kalian. Apa yang ingin kalian katakan. Apa pendapat kalian. Lalu, searching, atau baca buku. Kutip kata-kata tokoh yang membenarkan pendapat kalian.”

That’s it!!! I hate it so much.

Itu mencederai kepercayaanku. Dan akibat hal itu, aku tidak bisa menulis serius belakangan ini kecuali hanya tulisan sambil lalu. Betapa hatiku luka mengetahui itu. Dan, ya, aku hanya benar-benar purna percaya pada Alquran dan hadits sekarang. Belum lagi, meskipun bagaimana, setiap ilmu bisa diperbaharui dan berubah. Sekilas info, Keynesian mulai ditinggalkan di Amerika. Jujur, mengetahui itu, aku jadi malas. Kalau bukan karena rahmat Allah, mungkin sudah aku tinggal semuanya.

Aku teringat akan sebuah hadits dalam buku “Kita Berada di Akhir Zaman” bahwa hadits shahih mengatakan bahwa di akhir zaman nanti, tulisan akan banyak beredar. Namun, manusia semakin bodoh.

Bagaimana tidak? Tidak ada suatu literasi yang jelas dan minimnya rasa tanggung jawab. Ketika orang berbicara tanpa ilmu. Astaghfirullah!

Aku kemabali dengan sastra kembali. Aku kemabli memilihnya menjadi kesayanganku seperti biasa karena satu faktor penting. Satra fleksibel tanpa teknik yang benar-benar ajeg. Ia tidak membutuhkan sesuatu hal pengikat. Bebas.

Bandarlampung, 27 Mei 2013
Bebas dan bertanggung jawab. Jadilah ia. Menjelmalah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA