Diminati dan/atau Melakukan Hal yang Benar
Diminati
dan/atau Melakukan Hal yang Benar
Di dunia ini, banyak sekali orang yang
memiliki mimpi yang sama—walaupun tidak benar-benar sama—. Akan tetapi, dari
setiap orang yang bermimpi demikian, selalu hanya beberapa yang berhasil
mewujudkannya. Apakah mereka pantas? Tentunya mereka dipantaskan. Menyebabkan
suatu kausalitas. Begitu menurut teori fisikanya. Tidak ada kembali ke masa
lalu dan/atau masa depan.
Apa dasarmu menyukai seseorang?
Pernahkah kamu merasakan perubahan pada setiap kronologi hidupmu? Kata ibuku,
hal itu pasti terjadi. Engkau berubah. Demikian pula cara, ciri, dan siapa yang
kaucintai. Sebut saja, ketika kecil, kaumemilih orang-orang yang cenderung lucu
dan bersahabat. Remaja? Orang yang tampan. Sedikit dewasa, orang yang pintar.
Dewasa, yang mapan. Begitu kecenderungannya.
Kasihannya bagi yang disukai,
orang-orang yang berada di sekitarmu tidak selalu tulus. Aku sudah bertanya
bahkan secara halus kepada kawan-kawanku yang berpacaran perihal mengapa mereka
memilih pasangannya. Ada yang bilang, bahwa pacarnya adalah investasi masa
depan karena dia kuliah di bla-bla. Ada yang bilang dia punya harta dengan
kendaraan bla-bla, silsilah bla-bla. Aku tercengang dengan kata-kata yang
kutemui. Serendah itukah? Dan yang aku pikirkan, kurasa orang yang memang
diincar hal-hal itu sebenarnya tahu. Masa iya, mereka bodoh untuk melihat
dengan mata hatinya? Eh, tapi itu mungkin. Mengingat kata orang cinta membuatmu
buta segalanya.
Aku sering mendapatkan cerita antara
kedua orang. Mereka memiliki mimpi yang sama, kebesaran hati yang sama, dan
tujuan yang sama. Akan tetapi, ujian mereka berbeda. Salah satu di antara
mereka selalu saja lebih kaya, lebih cantik/tampan, berbakat, dan sebagainya
dibandingkan yang lain. Dan yang unggul ini selalu mendapatkan ujian berupa
sanjungan dan rasa iri. Tentunya sebagai manusia yang pula memiliki nafsu untuk
iri, orang kedua akan merasakan iri juga. Mengapa jalannya rumit? Kenapa dia
tidak sesempurna si pertama? Dan banyak kecenderungan pertanyaan lainnya.
Kecenderungan kejadian yang berima sama
di kehidupan nyata ini biasanya terjadi dengan ciri yang sama. Biasanya orang
pertama terjangkit masalah kesombongan dan yang kedua dengki. Hanya saja, yang
pertama lebih sulit dideteksi dibandingkan penyakit orang kedua. Penyakit orang
pertama—jika dia bukan orang beriman kuat—kecenderungan dia larut dalam pujian.
Dan dia merasa tulus. Berbahaya. Sebaliknya, bagi orang yang kedua—jika dia
orang beriman kuat—dia akan tahu bahwa tidak ada pilihan lain baginya kecuali
bersabar dan bersyukur. Bercermin bahwa dirinya memang kurang. Dan rasanya
pasti tidaklah menyenangkan.
Diminati atau dihormati? Pertanyaan
besar selalu muncul di kepalaku setiap kali melihat fenomena ini. Bagaimana
tidak? Diminati. Siapa yang tidak menginginkannya? Dilingkupi kemudahan.
Dihormati? Sebagaimana pernyataan sejarah bahwa orang yang dihormati sulit
sekali berjalan dengan baik.
Aku mulai berpikir. Meskipun banyak yang
menyatakan bahwa orang kedua, yang dihormati dan gagal tapi tetap bersyukur
lebih baik dari yang pertama, apakah tidak ada pilihan lain? Diminati sekaligus
melakukan hal yang benar, begitu? Tapi tidak. Kehidupan harus memilih.
Bandarlampung,
22 Juni 2013
Kamu
beruntung.. Mimpi kita sama... Namun kamu jauuuuh lebih mudah menggapainya...
Aku tidak ingin menyalahkan kesempatan. Apa yang disebut kesempatan juga adalah
takdir yang terselubung, bukan? Kita hany berusaha. Dan usahaku belum ditujukan
ke mimpi itu... Kupudarkan saja... Menjalani apa yang ada... :)
Komentar
Posting Komentar