Abstraksi Cinta


Abstraksi Cinta

Cinta...
Entah berapa filsuf dan jutaan orang memiliki makna hakiki cinta versinya masing-masing. Tulisan ini bukan jenis lain penjabaran secara khusus. Tetapi penjabaran secara umum tentang cinta.

Aku teringat sebuah ending melodrama Asia yang mendominasi kehidupanku semasa beranjak dewasa. Kisahnya berakhir tragis. Namun, tidak ada penyesalan. Semua yang terjadi adalah karunia. Dan cukup kita berbahagia dengan karunia itu.

Ada sebuah kalimat yang diucapkan si perempuan, mungkin peribahasa Cina. Hanya saja disampaikan dalam bahasa Indonesia. Ini ingatanku tentang redaksinya:

“Tahukah kau? Dahulu kala ada sebuah kisah tentang cinta yang terlarang.
Kisah cinta ini bercerita tentang burung elang dan seekor ikan.
Dikisahkan, sang elang jatuh cinta pada ikan.  Mereka ditakdirkan untuk tidak dapat bersatu.
Elang begitu menyukai kebebasannya untuk terbang melintasi angkasa.
“Tetapi, kekasihku berada di dalam air...”
Maka, sang elang mematahkan kedua sayapnya dan menjatuhkan diri ke air demi bersama dengan sang ikan, kekasihnya.
Akhirnya sudah dapat ditebak. Sang elang kemudian mati. Tapi, ia mati dalam keadaan bahagia.”

Malam ini, entah kenapa aku mengingat kisah itu. Dan, ya, aku gemar sekali menangis sebenarnya. Aku ingat tertegun saat mendengar narator membacakan kisah ini. Ditambah adegan sang elang yang disimbolkan dengan si perempuan dan sang ikan oleh si laki-laki.

Sekali lagi, aku menangis.

Ada sebuah kutipan buku dari seseorang yang membacakan padaku yang menyentak hatiku,

“Cinta akan meminta segalanya darimu...”

Aku cukup melankolis malam ini untuk mengingat tentang pembelajaran apa itu cinta. Kalau dipikir, semua kisah percintaan yang hadir di layar kaca dan buku-buku yang nyaris tak pernah aku cicipi itu tak ada faedahnya. Tapi, aku melihat sisi lain yang mengembangkanku sebagai manusia saat ini.

Memaknai cinta dan segala abstraksinya. Mengaku cinta itu tidak mudah. Apapun dan siapapun yang kaupilih untuk cintai saat ini tidak akan pernah lepas dari pengorbanan. The ultimate sacrifice. Dan hanya pecinta sejati yang dapat menerima setiap onak-onak akibatnya.

Sebab hal ini, aku tidak pernah bermain-main melabuhkan prinsip dan hatiku pada sesuatu hal. ‘Kamu harus memberikan segalanya. Jangan setengah-setengah.’ Itu prinsipku. Dan aku junjung tinggi itu.

“Jangan pernah memulai apa yang tidak bisa kauakhiri (dengan sebaik-baiknya).”

Kata-kata yang kuberikan kurung sebagai tanda penambahanku semata adalah penawaranku terhadap sebuah akhir. Jangan berakhir dengan gantung. Harus jelas.

Memaknai cinta lebih dari satu makna. Beragam distorsi dan sikap yang juga terdistorsi. Kawan, engkau harus benar-benar memilih apa yang kaucintai.

Bandarlampung, 26 Mei 2013
[pilihlah dengan yakin apa yang kaucintai meskipun suatu ketika akan berpisah jua ]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA