Surat Cinta untuk Saudariku

Surat Cinta untuk Saudariku

Belakangan ini, aku terheran-heran dengan diriku sendiri yang seringkali membuat tulisan bertemakan cinta. Namun, bukan. Bukan tentang pertautan lawan jenis. Pertautan lawan jenis mungkin tidak masuk dalam euforia kanal-kanal pikiranku saat ini.

Aku mencintai mereka, saudari-saudariku karena Allah. Dan karena itu, sangat kusanjungkan ukhuwah (persaudaraan) diantara kami dengan harapan kekal hingga di surga nanti –insya Allah- dengan doa rabithah (pengikat).

Mereka masing-masing adalah makhluk unik nan ajaib yang diciptakan oleh-Nya. Bagaikan belikat bertemu sulbi, sungguh ada saudariku yang sontak menangis melihat saudari-saudarinya yang lain karena cinta itu.



Persaudaraan...
Sebuah hal, tidak, salah satu hal yang tidak ternilai harganya.

Kamu mungkin dapat membeli segala yang bersifat materi dengan uangmu, tapi tidak dengan hal abstrak.

Aku sering memandang mereka yang wajahnya bersinar pucat bagaikan purnama. Aku suka sekali melihatnya. Sesuatu yang mengherankan, bukan? Mereka tidak putih, namun terang. Wajah-wajah penghapal Al-Qur’an.

Aku mencoba mengejar mereka. Rinduku tidak kalah besar dengan mereka untuk segera berjumpa dengan Rabb-ku. Akan tetapi, sungguh, aku pun menangis tersedu Sang Penguasa Alam belum memberikanku keteraturan dan azzam yang luar biasa untuk menghapal.

Dalam rapalan doaku sering aku tangisi, “Ya Rabb... Hidayah untuk menghapal telah datang kepadaku. Tapi taufiq-Mu belum kunjung datang padaku. Apa aku bersalah atas suatu dan banyak hal Ya Rabbi hingga Engkau belum mempercayakan taufiq itu kepadaku?”

Aku cemburu saudariku...
Aku cemburu melihat kalian merayu Rabb-ku dengan sangat luar biasa. Sementara aku? Sungguh tiada dapat dibandingkan dengan kalian.

Ada masa, di mana terkadang aku melihat wanita-wanita yang sempurna secara dunia itu. Pintar, cantik, rajin... Namun sayang, tak acuh terhadap agama. Dan merasa miris di hatiku.

Keherananku bertambah saat aku merasakan jua cemburu itu. Namun anehnya, rasanya begitu kering dan hambar. Hatiku membencinya.

Sementara tatkala aku cemburu melihat kalian, nuansa itu sangat berbeda. Kecemburuan itu melahirkan rasa damai di hati, rasa senang di wajah, dan cinta dalam perbuatan. Ini tak lain karena aku meneladani kalian yang berusaha mengikuti pada istri dan shahabiyah itu. Cintaku pada kalian karena-Nya!

Masya Allah...

Apa yang dapat aku perbuat? Sungguh cinta ini hadir tanpa pernah aku rencanakan untuk bersemi di hatiku. Dan cinta ini tak pernah kusadari sebelumnya. Kepada kalian, saudariku...

Kepada kalian, saudariku...
Yang tanpa ragu menjuntaikan khimar kalian hingga ke paha dan atau ke ujung mata kaki...
Kepada kalian, saudariku...
Yang mengenakan jilbab lebar ke seluruh tubuh dan menundukkan pandangan...
Kapada kalian, saudariku...
Yang tidak hanya melakukan kewajiban di Al-Qur’an, tetapi juga ke hadist yang shahih...
Kepada kalian, saudariku...
Yang senantiasa tersenyum dan tak banyak tuntut satu sama lain...
Kepada kalian, saudariku...
Yang membuatku menjadi pemuja-Nya yang lebih lagi...

Sungguh, akupun sebenarnya tanpa sadar mengetahui aib kalian masing-masing. Terkadang tanpa sadar Allah menadahkan kelemahan kalian kepadaku. Dan aku menunggu...
Menunggu rasa kecewa itu hadir...
Namun ia tak kunjung hadir...

Aku bertanya kepada hatiku, mengapa tidak hadir? Dan jawabannya adalah aku sadar dan paham tiada manusia yang sempurna. Dan bahwa kecintaan ini berlandaskan pada-Nya. Dan cinta yang berlandas dari-Nya... Sungguh... Rasa kecewa takkan hadir...

Aku, yang baru ini... Baru kali ini merasakan bentuk cinta seperti ini... Sungguh beruntung kalian yang telah lama mengecapnya... Aku cemburu...

Apa yang harus kulakukan melihat kalian? Aku merasa tak pantas bersanding dengan kalian...
Namun, sungguh... Tunggulah.. Aku akan menjadikan diriku lebih pantas lagi berada di dekat kalian...

Uhibbuki fillah...

Wallahu’alam bish shawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA