Hikayat Guru, Ilmu, dan Murid

Seorang guru dengan leluasanya menggemakan bijak di daun-daun telinga para mantan muridnya yang jenaka, "Penabur ilmu ada di sekeliling kita, Nak. Namun mereka memilih terperam. Tak jadi penghulu khutbah kelas tengah hari."
Aku melihat cermin hati itu berkilat, berkaca-kaca. Namun, itu bukan lara.
Dengan sigap, sang guru merengkuh para muridnya sedalam dekaman samudra pada bayang rembulan. "Di suatu perjalanan mengarungi ilmu, terkadang yang tidak kita tuju lebih pasang dari tujuan itu sendiri."
Para murid diam. Sedikit angguk-angguk mengerti. Tapi, hati itu kian bertanya. Seandainya silam dapat balik rekam, apakah semuanya dapat lebih dalam dari sekarang?
Entahlah. Pertanyaan itu menguar bersama lambaian gemerisik pepohonan sisi lapangan itu. Ah, cinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA