Katanya

Aku terlalu banyak mengikuti yang 'katanya' lebih baik untukku. Kata mereka, "Berpikirlah keseluruhan dahulu, Prim. Baru yang rumit."

Padahal jelas aku tipikal induksi dalam berpikir. Tidak seperti kebanyakan orang yang deduksi.

Alhasil, aku salah bertindak. Melupakan hal-hal rinci yang dikemudian hari aku sesali karena hal-hal itu menghancurkan yang aku lakukan.

Padahal, implementasi 4 kuadran kegiatan dan skala prioritas sudah aku lakukan. Tapi aku lupa satu lagi, yaitu melihat dari hukum. Apakah haram, makruh, mubah, sunnah, atau halal?

Kata beliau, "... Bagaimana kita tidak bangkrut? ... Sebanyak apa sih amalku sampe berani melakukan hal yang tidak berguna?"

Buku tentang perilaku sahabat dan tabi'in ini sudah khatam aku baca. Tapi bisa-bisanya lupa dan tidak diimplementasikan. Padahal ini yang paling penting. Fatal!

-diingatkan seseorang kemarin sore-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA