Semayam Jiwa

Perempuan itu, aku, dalam imajinasi perubahanku. Kau nyaris mustahil. Tapi bisakah kau wujud? Karena kini kau sudah mengetuk-ngetuk kesadaranku. Tidak, tidak. Aku tidak takut perubahan. Karena berubah atau tidak nyatanya aku tetap harus bertaruh. Berharap takdir berpihak padaku.

-memandang cermin yang bersemayam di dalamnya jiwa berbeda-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA