Prosa - INI MALAM
INI MALAM
ini malam yang
dengannya kau telah memutuskan untuk berselimut membuang jelaga keringat,
di pagi harimu
yang tidak seberapa. dipenuhi sumpah serapah ibu, istri, anak, bahkan
kucing-kucing kecilmu yang manis itu berani mengutil sejumuk remahan roti.
pepohonan
mengendus aroma marahmu. kau pikir bisa? tentu saja tidak. bau collonge murah yang kau beli dari warung
janda sebelah takkan bisa menutupi pesing itu.
lalu, kau mau
aku diam dan tak menghentak bintang-bintang. kau bercanda.
jelas aku tak mengutuk
bintang atas hariku yang menyebalkan. aku hanya teringat tentang kartu-kartu
masa lalu yang entah bertebaran di mana, dan kenapa.
kata mereka
hatiku sakit. ah, siapa lagi yang tidak. ini sudah biasa.
ini malam yang
dengannya aku menyinggahi susuran pelabuhan. sejenak ingin pergi mencari ujung
bumi. aku masih juga tak percaya bumi itu bulat. terserah mereka akan bilang
apa, dan menertawakanku bagaimana.
dan di sini aku
mencium bau bakau yang sudah menjadi onggokan bangkai warung-warung plesiran
tempat judi bagi mereka yang percaya peruntungan. sama sepertiku, hari mereka
buruk. kadang ambil sebilah golok dan saling gotok. aku tak perduli. salah
siapa?
ini malam
tempatku tak bertemu dengan bayangan tubuh sialan yang selalu menelangkahiku
setiap waktu. kau tahu betapa menyebalkannya itu? silih berganti beradu
pinalti. kadang ia pongah berdiri di hadapanku, kadang juga aku yang
mempercundanginya di belakang. tapi tetap saja tak semenyebalkan bosku.
heh, kau tahu
apa tentang lelah? tanya saja dengan dedaunan yang tak memiliki mata. tak
pernah pejam dan abai meski sedetik. tapi kumpulan jantung para manusia masih
juga berdebar ketika mata itu hendak pejam. takut mati katanya. aku hanya
cekikikan dibuatnya. dan mereka, masih memandangku aneh karena bisa cekikikan.
cih, payah!
ini malam yang
dengannya aku bisa berselingkuh. dengan angin malam yang sentuhannya lebih
lembut dari satin dan sutera mahal etalase toko itu. kenapa pula kokoh-kokoh itu begitu marah ketika aku
memandangnya? memang aku pencuri?
eh, tapi memang
aku pernah mencuri. saat cuti hari itu, aku menyiapkan rencana.
dan, sekali
lagi, ini malam. puluhan pasang tangan dan kaki merampok saat ini. tapi sayang,
hari ini, aku belum ingin menjadi salah satunya. cukup dengan baretan golok
sepanjang permukaan dada hingga paha ini,
membuatku
mendengar rometan panjang dari ibu kian sana-kemari. berisik!
ini malam. dan
ini malam. kamu bisa jadi siapa saja yang kau inginkan.
aku tak ingin
datang siang.
Bandar Lampung,
17 November 2012, pukul 0.40 WIB
#E1 : 0.42
Komentar
Posting Komentar