Terus Kenapa

Aku kadang bertanya-tanya terhadap orang-orang yang terus saja mengilhami bahwa nilai seseorang adalah berdasarkan apa yang telah ternyatakan dalam nilai. Baiklah, demi asumsi ini, aku persempit pemahaman bahwa ini adalah tentang dunia pendidikan.

Layaknya sebuah negara yang ada di dalam masyarakat dunia, sering terjadi perdebatan kecil (atau besar) tentang bagaimana mengukur kualifikasi dari individu. Alhasil, diciptakanlah sebuah sistem yangt disebut nilai. Nilai di sini dalam artian nyata mengenai hasil pengukuran suatu pencapaian kognitif.

Sungguh, aku adalah orang yang tergolong menolak hal ini. Aku menolak yang terutama orang-orang yang selalu menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki nilai kognitif tinggi selalu diasumsikan pintar lebih dari yang nilainya di bawah mereka. Padahal tidak demikian.

Aku pernah berdebat dengan beberapa orang mengenai pernyataan 'efektif dan efisien'. Mereka menyatakan bahwa mereka yang cerdas (padahal seharusnya pintar) adalah orang yang efektif dan efisien dalam belajar. Pertanyaannya, apakah demikian? Aku selalu mengajukan perntanyaan yang sama, yang sellau berkelebat di dalam pikiran ini, "Kalau menyontek atau melihat buku alias ngepek, bukankah itu juga efektif dan efisien?"

Dan.. mereka diam seribu bahasa.

Memang-memang, adalah benar bahwa untuk mengukur secara kasat mata pernyataan masalah nilai kognitif selalu jadi sasaran. Namun, tidak sadarkah bahwa sesungguhnya itu adalah sebuah bentuk pernyataan bahwa "Judge The Book by The Cover"? Dengar-dengar sih, tidak ada namanya manusia yang suka langsung dihakimi dari sisi luarnya saja, termasuk denganku. Akan tetapi, dalam realita?

Aku mendapatkan banyak pengakuan hebat dari orang-orang yang dianggap berkognitif tinggi di kampus. Aku sering menanyakan, siapa orang yang selalu menginspirasi mereka di luar keluarga? Dan jawabannya pun mengejutkan. Justru jawaban yang keluar dari mulut mereka adalah bahwa ternyata siswa/mahasiswa lain yang mengilhami mereka. Mengejutkannya lagi, ternyata mahasiswa yang dikagumi memiliki tingkat 'kecerdasan' kognitif yang berada di bawah bahkan jauh di bawah mereka.

Temanku menuturkan, "Aku salut dengan si A. Dia memang memiliki IP di bawah 3. Sebut saja 2,96. Tapi pengetahuannya itu... Beuh! Luar biasa. Dia jarang belajar, tapi serius mendengarkan. Sekalinya berlogika, semua terdiam. Bahkan dosen yang mengajar. Aku yakin, walaupun IP-nya segitu, tapi kemampuannya luar biasa. Dia akan sukses di kemudian hari."

Aku sangat salut. Dan kawan yang aku tanya adalah tipikal mahasiswa luar biasa yang IP-nya di atas 3,5 dengan kemampuan supel yang luar biasa. Baiklah memang riset kecil-kecilanku hanya beberapa orang. Dan yang aku wawancarai adalah mereka yang memang bukan terinspirasi oleh hal-hal hebat yang kelewat tinggi. Mereka yang kuwawancarai adalah orang yang rata-rata pure mencintai apa yang mereka kerjakan.

Terus kenapa kalau nilai kognitifnya tidak baik?
Terus kenapa kalau dinilai sebelah mata?
Kemampuan orang yang sebenarnya...
Hati dan niat orang yang sebenarnya...
Apakah sama nilainya dengan yang ditunjukkan di atas kertas? Selalu sama?

Aku rasa tidak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA