4L4y (Baca : Alay) Adalah Sebuah Proses Pendewasaan Diri



4L4y (Baca : Alay) Adalah Sebuah Proses Pendewasaan Diri

4L4y (baca : Alay) adalah sebuah proses pendewasaan diri.

Hem... Kenapa aku menyebut-nyebut kata-kata yang bisa dibilang menyebalkan sekali dan membuat mata sakit dengan gede-kecilnya ini?

Baik. Akan aku jelaskan.

Banyak sekali kejadian di bulan ini yang memaksaku berhubungan dengan anak-anak SD, SMP, dan SMA yang sesuatu sekali. Bayangkan saja. Teriak-teriak di pinggir jalan dengan suara yang memekakkan telinga, tulisan 4L4y (baca : Alay), kelakuan yang subhanallah sekali.

Belum ditambah terkadang aku membuka-buka tulisan dan gaya-gayaku dahulu. Aduh. Malu tingkat tinggi, Bro! Tapi di sela-sela itu aku tertawa sendiri. Yah, namanya juga anak-anak.

Bayangkan saja, dahulu, itu sangat trendi yang namanya 4L4y (baca : Alay) itu. Tapi sekarang setelah bertambah umur? Wah, tidak ada waktu ber-alay-alay ria itu. Aku teringat banyak kisah di mana aku sering sekali diamuk oleh orang-orang sekitarku karena gaya SMS-ku yang sesuatu sekali. Well, memang dulu gaya SMS_ku adalah alay detected.  Cara bicara... Ya, pokoknya yang begitulah. Dan kawan-kawanku yang kedewasaannya bertambah sedikit lebih cepat daripada diriku sudah mencak-mencak tidak keruanan sejak lama. But, it’s ok. Dan maaf juga waktu itu sempat marah-marah balik.

Tapi aku senang dan bahagia telah melewati fase itu dan diberikan kesempatan merasakan apa itu 4L4y (baca : Alay)  itu. Ada juntaian kenangan yang pernah diguratkan di hidupku. Bayangkan orang-orang yang sedari awal memang diciptakan ‘waras’ itu. Matei kak mononton hidupnya?

Suatu hal yang aku yakini, setiap orang akan melewati masa menjadi 4L4y (baca : Alay) ini meskipun dengan definisi yang dapat berubah sesuai situasi dan kondisi (sikon). Dan aku beruntung menjadi orang yang 4L4y (baca : Alay) di awal. Bukan di pertengahan dan/atau di akhir.

Mengapa aku bisa berbicara demikian? Sudah aku riset diam-diam soalnya. Ada orang-orang yang sangat keep quite saat di masa saatnya aku 4L4y (baca : Alay) dan ketika sekarang aku mengalami masa-masa lepas dari4L4y (baca : Alay), orang-orang itu yang jadi4L4y (baca : Alay). Kadang kepingin rasanya aku memarahi mereka sebagaimana mereka dahulu marah-marah kepadaku. Tapi kemudian aku berpikir, ‘Mereka belum merasakan apa yang segolongan lain rasakan. Biarkan mereka menikmatilah.’ Demikian ujarku dalam hati.

Aku pernah membaca sebuah hadist dalam kitab Bulughul Maram (walupun hadist dhaif) bahwa sesungguhnya orang yang menghinakan orang lian tidak akan mati sebelum merasakan apa yang dia hinakan kepada orang tersebut. Hem, agak merinding memang saat aku menemukan hadist itu. Dan aku pun melihat kepada diriku sendiri dan menilai-nilai dan memang banyak ternyata yang terjadi demikian. Sejak itu, aku berusaha belajar untuk tidak menghinakan kekurangan orang lain, termasuk dalam perkara 4L4y (baca : Alay) ini. Susah, susah.

Biarkan 4L4y (baca : Alay), biarkan selama itu berada dalam koridor wajar dan dapat dimaklumi. Pada saatnya, mereka akan berubah, jika Allah kehendaki.

Kata murobbi-ku, “Sesungguhnya beruntung orang beriman yang dia melewati sebuah fase kejahiliyahan. Karena dengan demikian, mereka mengetahui mana yang jahiliyah dan mana yang bukan. Dan kesalahan, kenikmatan melakukan dosa, jika bisa dikatakan demikian, saat kalian belum mengetahui, merupakan suatu kompensasi dari Allah. Sehingga sekarang setelah kalian sudah paham, kalian akan lebih kebal dari hal itu karena kalian sudah merasakannya. Berbeda dengan mereka yang belum merasakannya. Godaannya akan jauh lebih besar dan tanggungan atas ilmu juga besar.”

Allah memang Maha Penyayang.


Bandar Lampung, 15-3-2013
Bersemangat di bawah deruan Asma’ul Husna – Raihan (non-music)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA