Pengembara dan Pengembara, Peta Kehidupan, dan Kompas Keinginan dalam Ringkuk Desember

Pengembara dan Pengembara, Peta Kehidupan, dan Kompas Keinginan dalam Ringkuk Desember

Kuluruskan jemari Desember yang mulai kaku di tubir hari; satu per satu (asal kautahu).
Desember meringgis perlahan, penuh tanya.
Apa perjalanan masih jauh? Perjalanan ini tak dapat diterka berapa panjang, lebar, banyak cabang, simpangan, dan pilihan.
Bekal hanya tujuan yang diketahui.
Aku membujur Peta Kehidupan yang begitu lusuh; penuh teka-teki.
Kuurai ia dengan penuh malu dan ragu.
Ranum memang masih terasa manis dibuai mataku: pengindraan tentang hidup membuatku kian kagum.
Kata pengembara lain, aku gila.
Sebab aku mengikuti Peta Kehidupan. Peta Kehidupan membalik hidup dengan mati; penjara dengan kebebasan.
Tak cukup terhina, maka malamku selalu diberangus sepi; sendiri.
Tanpa api unggun dan kelakar pengembara lain.
Tiap Desember menyusut dalam dingin menyalju, ingin sekali kutampar diriku yang demikian dungu. Usah mungkin hanya kugunakan Kompas Keinginan selayaknya pengembara lain. Tetiba kudengar seorang pengembara mati sebelum usai bercinta memandang kemolekan senja, lingsir ke jurang akibat longsor. Seolah belum cukup bodoh, kulihat pengembara sesumbar; berlari mengitari jembatan yang lalu roboh. Darah berkucuran, mengalir ke ngarai. Mengingat itu, Desember memuai: jangan kausiksa aku terlalu lama, tawarku.

Bandarlampung, 29-11-2013
Kenangan Lepas Tengah Malam
Pukul 02.00

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA