Konsep Cinta
--antarlawanjenis
Konsep cinta? Witing tresno
jalaran soko kulino. Cinta hadir karena kebiasaan. Cinta pada pandangan
pertama. Cinta, cinta, dan cinta. Adakah konsep ajeg untuk cinta? Kesekian
kalinya mungkin pertanyaan ini mampir ke dalam pikiran dan merasuk, membuat
kepikiran dan galau. Konsep cinta yang tak jemu menjadi tanya.
Setiap orang memegang teorinya tersendiri tentang cinta. Akan tetapi,
konsep cinta sendiri adalah sesuatu yang berada di menara gading. Terlalu tinggi
untuk dijangkau. Akan tetapi, sayangnya, menjadi problematika tersendiri bagi setiap
manusia. Baik dia raja ataupun rakyat kecil. Baik iya dokter, ataupun
mahasiswa. Semua punya ceritanya masing-masing.
Konsep cinta sendiri ada yang menyatakan bahwa tidak mungkin cinta itu
paripurna tanpa adanya pengenalan. Alhasil, sebagian memilih pacaran, komitmen,
dan hubungan tanpa status sebagai caranya. Terlepas dari tahu atau tidak yang
melakukan terhadap hukum syariat, pro ataukah kontra. Pada akhirnya kecacatan
atas nama cinta terbukti.
Berapa banyak sih mereka yang pacaran sudah bertahun-tahun putus? Berapa
banyak pula yang baru sebentar pacaran menikah? Seberapa banyak pula sifat yang
benar-benar asli? Demikian pula yang langsung menikah tanpa mengetahui
pasangannya. Tantangannya pun sama. Perbedaannya pada ikatan yang
menyatukannya.
Terang saja. Semua orang mengetahui bahwa sebagian yang memilih
berpacaran ada yang langgeng saja setelah menikah. Tapi, ada pula yang tidak. Sebagian
yang langsung menikah ada yang langgeng saja. Tapi, ada pula yang tidak. Antara
konsep cinta dalam pacaran dan pernikahan adalah dua hal yang teramat berbeda. Lihatlah
berapa banyak mereka yang terjerumus dalam pacaran sendiri. Lihatlah mereka
yang kumpul kebo langgeng-langgeng saja, namun tatkala menikah hancurlah
semuanya.
Adanya syahwat antara laki-laki dan perempuan, itu tidak bisa
dihindari. Sebagai bukti, kenapa pacaran? Jawablah baik-baik. Pastikan jawabannya.
Rata-rata karena dia cantik, baik, dan bla-bla-bla. Ada rasa kagum dan deg deg seeer yang menganggu jiwa sehingga diri
melangkah lebih jauh. Berdalih pengenalan, semua diobok-obok. Masa lalu, orang
tua, orang terdekat, dan segala-gala. Pada kasus yang ektrem hingga nomor
rekening dan password didapatkan si
lawan jenis. Tapi rasa bersalah itu, kalaulah bicara jujur, pastilah terngiang.
Kalau itu tidaklah salah, kenapa saat terjadi hubungan terlarang lalu
mengandunglah sang perempuan, si laki-laki sering kalap, dan berlanjut
membunuh? Lalu, kenapa ada rasa takut saat memberitahukan—yang seharusnya—kabar
gembura itu pada si laki-laki. Apa itu jadinya?
Seluruh anggota keluarga didekati. Eh, ketika putus, hilang kontak
sama sekali. Ini masihlah enak. Pada kasus yang ekstrem, ada yang keluarganya
sampai tidak memperbolehkan menikah dengan orang lain kecuali “si dia”. Mati gaya,
kan?
Sementara dalam konsep menikah, tanggung jawab adalah segalanya. Apa
kewajiban dan hak sebagai suami. Apa hak dan kewajiban sebagai istri. Itu harus
khatam diketahui. Memikirkan keluarga
dan masalah mereka. Mau tidak mau kamu harus mau memikirkannya. Butuh mental
yang kuat. Orang-orang yang memilih menikah tanpa pacaran itu hebat. Kenapa? Mereka
siap untuk bertemu orang yang tidak mereka kenal sebelumnya. Siap berkhidmat. Siap
bertanggung jawab. Hal ini, jujurlah, adalah hal yang paling dihindari oleh
mereka yang pacaran.
Apakah orang yang menikah tanpa pacaran selalu harmonis? Tentu tidak. Apakah
ada yang bercerai? Ada. Apa yang jadi masalah setelah menikah adalah:
berkahnya. Orang yang menikah tanpa pacaran saja sudah kaget dengan pasangan
hidup yang sebelumnya tak mereka kenali. Akan tetapi, itu tidak seberapa
menyakitkan dibandingkan dengan sudah terbiasa, lalu perangai berubah setelah
menikah.
Perbedaan berkah ini berpengaruh sangat signifikan dalam kehidupan
pernikahan. Konsep cinta yang ideal, itulah yang dibutuhkan dalam pernikahan. Tidak
ada yang bisa jadi jaminan dalam urusan cinta. Apakah menikah dengan yang sudah
mengaji pasti bahagia? Belum tentu. Hafizh 30 juz, mendapatkan mereka pasti
bahagia? Belum tentu. Tidak ada yang tentu. Pun, ada sahabat wanita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
menikah dengan sahabat yang ahli surga. Akan tetapi, saat melihat suaminya tidak
timbul cinta. Saat melihat suaminya berkumpul dengan lelaki lain, muncul rasa
tidak suka. Akhirnya mereka bercerai. Tidak ada yang bisa menjamin tentang
cinta. Konsep cinta adalah rahasia Allah yang tidak disematkan sembarangan
lewat akal. Pilihlah konsep cinta yang paling menyelamatkan dirimu—dunia dan
akhirat.
Bandarlampung, 18-8-2016
Prima Helaubudi
Komentar
Posting Komentar