fragmen #22

dalam perjalanannya memandang bulan hari ini, si perempuan merenung sejenak sambil meneguk segelas kopi layaknya meneguk segelas arak. bodoh, memang. perempuan itu membandingkan di dalam pikirannya apa-apa yang tak pernah terjadi; sebuah ilusi yang hanya mimpi. sejenak berada di tepian. ia memandang kota dari kacamata dan kakinya yang mulai aus. dan ia merasa mual hingga sejenak memuntahkan jelaga kata dalam setiap jenis tembok hati yang terbangun. setiap kata dibuatnya makna. sengaja; agar tak ada yang tahu, katanya. ia tunggu hingga sesak. lalu di rimba ia menghilang. serupa kunang yang pergi saat fajar menjelang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA