Sekarang Belum Tentu Selamanya

Sekarang Belum Tentu Selamanya

S
alah satu hal yang terkadang terdengar lucu di telingaku adalah ketika seseorang disibakkan sebuah keraguan, lalu tidak mencari. Tidak mencari seraya menyembunyikannya dalam hati. Akibatnya keraguan yang berkecamuk di hatinya tetap ada. Aku sering bertanya kepada mereka perihal kenapa mereka tahan dengan keraguan itu? Kalau tanya padaku, aku anti banget untuk meragukan sesuatu. Kalau ragu, aku cenderung mencari walaupun cuma dasar-dasarnya saja. Mungkin karena aku tipikal orang yang kalau iya, iya sekalian, kalau tidak, ya tidak sekalian. Jangan ya-tidak. Istilahnya plin-plan.

Aku sering mendengar alasan sederhana yang dikemukakan oleh beberapa orang tentang kenapa mereka tidak mau menggaji dan ikut kajian di tempat-tempat yang mereka sukai—walaupun tidak diungkapkan langsung ke orang-orang yang ada di sananya—dengan alasan tidak boleh orang tua, takut, dicibir karena baru belajar, tidak ada teman, dan dijauhi. Begitu pula dengan masalah berjilbab, dengan masalah tidak pro dengan pacaran, mau berhenti pacaran, tidak ikut-ikutan hal yang baru bin aneh (baca: bid’ah), dan kawan-kawan sebangsa setanah airnya itu.

Kawan, sekarang belum tentu selamanya. Sekarang kamu begitu mencintai dan mengharap rida dari orang-orang yang kamu kasihi. Kalau yang diperintahkan mereka adalah hal baik dan selaras dengan yang dimaktubkan dalam Alquran dan sesuai sunnah, oke-oke saja. Tapi jika sebaliknya? Apa kamu mau—bahasaku—berjudi dengan imanmu sendiri?

Kamu begitu risau dengan pandangan, pikiran, dan cerca mereka. Tapi, coba berpikirlah dengan jernih kalau kamu mencintaiNya: kenapa kamu tidak risau dengan pandangan, pikiran, dan cerca Rabb Semesta Alam? Manusia hanya melihatmu sebentar. Mereka tidak akan menguntitmu sampai ketika kamu tidur, berada dalam kamar mandi, dan mencari-cari tafsir hati serta lakumu. Naudzubillaah, kamu berbohong pun, yakin mereka sulit deteksi.

“Sama saja (bagi Allah), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya dan siapa yang berterus terang dengannya; dan siapa yang bersembunyi pada malam hari dan yang berjalan pada siang hari.” (Q.S. Ar-Ra’d [13] : 10)

Sementara, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada dirimu. Allah Maha Mengetahui apa yang disembunyikan di hatimu. Bukankah ini menakutkan? Sementara orang-orang yang sudah banyak ilmunya dan ibadahnya (baca: ulama) saja masih ketakutan, apatah lagi kita, yang sering salahnya?

“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Rabb, mereka (disediakan) balasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruanNya, sekiranya mereka memiliki semua yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak itu lagi, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu. Orang-orang itu mendapat hisab (perhitungan) yang buruk dan tempat kediaman mereka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”
(Q.S. Ar-Ra’d [13] : 18)

Orang yang terlihat sangat bersahabat denganmu sekarang, di hari akhir nanti, saat keputusan datang nanti, orang-orang kafir nanti, jika mereka bisa menebus dirinya dari neraka dengan harta sepenuh bumi, dengan istri, dengan anak, bahkan dengan seluruh kawannya, akan dia berikan demi menghindari neraka! Coba deh. Kita di dunia dijauhi sedikit, sedih. Dimarahi sedikit, ciut. Alasannya, cinta, takut. Tapi nanti semua itu akan hilang. Kamu sendirian mempertanggungjawabkan segalanya. Syafaat pun kalau Allah berikan izin. Lalu, untuk apa mencari rida yang tingkat rendah? Cari yang tingkat tinggi sekalian. Lagipula, ketika kita mencari rida manusia, niscaya Allah justru akan membuat manusia benci terhadap kita. Sebaliknya, ketika kita mendahulukan Allah, niscaya manusia bisa kok mencintai kita walaupun itu musuh.

Di dunia ini, ada sekitar empat milyar manusia, berapa lama kamu mengejar rida semuanya? Tidakkah kamu lelah?
Di dunia ini ada sekitar empat milyar manusia, mustahil tidak ada setidaknya satu orang pun yang mengalami hal serupa dengamu, namun dia berhasil dan tidak menampakkannya di hadapan manusia.
Tapi, di seluruh penjuru jagad raya, Rabb segalanya hanya satu, Yang Maha Esa. Jadi kenapa tidak dihiba ridaNya?


Bandarlampung, 13-2-2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA