Hanya Terlalu Lama

Hanya Terlalu Lama

Hanya terlalu lama alasan yang pasti untuk semua jenis kecanggungan yang tercipta antara aku dan kamu. Hanya terlalu lama, maka semua terasa seperti nasi yang semakin membasi dibiarkan kedinginan di atas meja makan. Karena terlalu lama sudah kita tidak mengintegrasikan semua persamaan dan menegasikan semua perbedaan. Seperti aku dan kamu yang semakin lama semakin berubah dan semakin berbeda. Terlalu lama jauh membuat aku harus mengenal kamu dari awal kembali. Semua kebiasaan yang tidak lagi menjadi biasa. Dan sebaliknya, semua ketidakbiasaan yang menjadi biasa. Semua hanya karena terlalu lama.

Hanya terlalu lama, maka semakin sering bertemu kita juga semakin hilang gebu. Karena terlalu lama, kamu dan aku bersepakat mengenai kebosanan; kejenuhan. Dan waktu pun sudah angkat tangan perihal apakah kita bersepakat untuk semakin menjauh. Karena terlalu lamalah, kamu dan aku bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya berubah di antara kita. Ataukah desir-desir mega masih ada di dalam dada.

Semua hanya terlalu lama. Baik terlalu lama menjauh, atau pun terlalu lama mendekat. Terlalu lama menjauh membuatmu tidak bisa lekat. Terlalu lama mendekat membuatmu tidak bisa sauh. Hanya terlalu lama bagi semuanya. Apakah aku harus menuai badai dengan menebar angin agar aku dan kamu tetap dalam desir yang menggelora? Tidak bisa hanya aku, harus kita! Tapi tentu saja, mungkin aku yang akan lebih dahulu membelai lembut kulit di bahumu.

Bandarlampung, 12-2-2014
Aku merindukan kalian… Apa kalian rindu padaku? Mungkin tidak…
Dan aku tetap melihat dari jauh…

Seolah tak ada… Bayangan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA