berteduh

berteduh

berteduh aku di balik rimbun,
hujan di senja hari
membawa hanya
satu warna mengudara
satu nafas, dan satu hempas

beberapa kali aku berteduh
di bawah pohon yang sama
atap yang sama
payung yang sama
di waktu yang berbeda
semua terasa meresap

menyerpih
merajuk
hingga lepas titik temu
pada mata kaku
terluka dan mematah
titik pada pucuk ilalang
berbatasan dengan malam
terlupakan

sesuka-sukanya
diriku harus pergi saat
matahari kembali mengudarakan
sebuah kata bernama: hangat
kita hanya terjebak tenggat
maaf yang kilat

Bandarlampung, 20-8-2014
Prima Helaubudi

*entah apa :D*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA