Basing-basing audja.

Basing-basing audja.

» 2 Mei 2013, sesi terabas eyd coz males ngetik.

Ini udah hari entah kesekian berapa aku insomnia. Such as thing like other humans had forgotten about it : nikmat terpejam (entah deh itu bener gak bahasa linggisnya).

Tadi sebenarnya peenaaat banget dan pengen numpahin semuanya di blog ini (numpahin aer, bu?). Makanya ini udah gak pake eyd lagi. Tapi, gak jadi. Why? Simple. Aku bukan abg labil alias ababil yang keterlaluan ngeluh gitu. Setidaknya masih ada seciprit rasa malu di hati. Ini bukan ajang ngelimpahin kekeselan yang purna. Lagian, kalo semua keluhanku, permintaan, kesedihan, dan pikiranku di tuang di sini, bisa gak habis.

Haha. Tempat numpahin kesel ya ke Allah. Mulai dari minta rizki, jodoh, buku, hujan berenti, sampe kematian yang baik. Jadi gak parah-parah amat ngeluhnya. Cukup hal-hal purna aku dan Allah saja.

Well, yang pasti lagi banyak masalah belakangan ini. Mungkin ngeluh di sini aku pikir-pikir mana yang kira-kira mashlahat. Minimal agak bener buat dibaca anak orang. Haha.

Setengah bulan ini mulai fokus jualan. Hadoh, capek. Tapi seru coz maennya kelompokan.
Bising. Serius bising. Saya sampe geleng-geleng kepala ada orang yang workaholic. Ampun. Ini ngeganggu beud. Secara, waktu ibadah, baca, ngerjain tugas, dll jadi kebantai. Allah..

Tapi ada aja yang nyemangatin. Ngeliat mama capek, tuntutan mama buat keluarga (birrul walidain), kebutuhan kuliah yang gak bisa aku penuhi dengan keseluruhan uang saku, pengen bantu kawan, dan tuntutan dakwah semakin berat. Rabbi.. Capek.

Herannya tiap mau nyerah, Allah gak biarin aku nyerah. Ada saja peringatan-Nya. Pada awal, aku iri sekali pada beberapa orang. Dan ini keirian yang gak syar'i banget karena ini masalah dunia. Alhasil, pada titik kulminasi, aku duduk di dalam mushala, merenung. Aku mengirim pesan pada beberapa orang perihal kondisi hati. Di sela-selanya aku nangis dong... Ada dua alasan: pertama, aku tahu hukum iri pada hal keduniawian dan akibatnya. Kedua, ngerasa hina banget.

Akhirnya, aku disadarkan--atau tertampar, tepatnya--oleh sebuah tausiyah berlandaskan Q.S Al-Balad pada ayat mengenai jalan dakwah. Ya, ini risiko. Di jalan dakwah mana ada ip 4? Mana ada tropi, uang? It is not! Kita manusia emang tahu apa nilainya? Mana adanya?

Aku diingatkan kembali kenapa jalan dakwah ini sulit. Ya karena ini qadarullahnya. Mana ada jalan dakwah mudah. Menanjak dan sulit! Ditambah amal tidak terlihat. Godaan besar.

Aku juga menilik keadaanku. Hem, selama hidup mungkin aku cenderung banyak ikut kata ortu. Hingga suatu ketika aku bertanya, "Apa yang aku inginkan?" Aku me-list puluhan ingin. Sayang, hanya angan.

Kalo di matematika ekonomi--yang bikin sengklek otak--ada yang namanya optimasi berkendala. Makin banyak kendala dan variabel makin nobat nyelesainnya. Nah, itu perbandingan orang beriman dan tidak!
Allah gives what i need!

Kemudian, tep, aku sadar. Ternyata karena suatu dosa, keacuhan hatiku tentang dunia memudar. Biasanya aku cuek. Biar aja diaorang spp juta-jutaan, les sana-sini, dsb. Aku adanya ini. Mau gimana?

Let me continue..

Aku teringat beberapa hal. Aku pernah meminta pada Allah pintar masak, berpenghasilan. Lalu Allah kabulkan lewat kesulitan ini.

Lho kok?

Ya ya dong! Gara-gara kejebak kkn di belantaran hutan way kanan aku kaget ketika tahu mama hampir hanyut saat banjir. Pulang mau ngurus beasiswa sakit. Titip kawan gak diurus. Kepepet. Bisnis. Cari uang walaupun sedikit. Setiap produksi harus masak.

Alhasil, masakanku AGAK layak makan.

Kausalitas.

Hem, well, malem-- eh, pagi ding--ini aku lagi gak pengen nangis gak sanggup beli buku atau fotokopi buku pegangan kuliah, atau gak ada uang buat kuliah. Never mind.

Gimana ya dakwah ke depan? Di keluarga sendiri, aku 'kayak gini' sendiri. Mau dakwah, kebentur pulang magrib mulu. Mama minta aku kerja padahal aku tidak mau. Dapet pasangan shaleh yang membantu dakwahku? Entah.

Haish,haish. Terserah deh orang-orang itu bergelimang harta, atau really visioner buat nyiptain sikon dia. Aku cuma tahu yang relatif pasti adalah aku hanya bisa take whatever halalan toyyiban saat ini.

Aku berterima kasih pada Allah diberikan orang-orang yang ikut berproses menjadi baik bersamaku. Bukan diberikan orang-orang sombong berkehidupan sempurna yang gemar caci-maki tapi buta kekurangan sendiri. Rasulullah punya sahabat. Kenapa kusinggung? It means aku kasian beud sama mereka yang meniadakan kepercayaan dan sahabat. Apalagi sampe nikam belakang. Ckck. Gersang amat itu hidup?

Apa yang bakalan terjadi ke depan? Ayo disongsong! Prima bisa! Prima kuat. Makanya dikasi Allah cobaan. Atasi iri keduniawian, kemarahan pada sikon, dan hal-hal negatif lain. Semua telah ditakdirkan-Nya. Terima ketentuan tersirat itu dengan berjuang sebaik-baiknya.

Let it flow with your brave to moving! I'll be alright. Bismillaah!
(bahasa linggis cadang).

Diliat dari sikon mata masih terang agaknya. Alamat begadang (lagi). Minum kopi asoy mungkin.
Oh iya, di atas zona abu-abu. Ambil baiknya, buang buruknya. Filter ya.. ~~~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA