menyentuh malam tak bernyawa

Aku membawa beberapa figur boneka seram untuk menjadi otak pembunuhan liar dalam imajinasiku. Tapi tetap tak berpulang ngeri seperti kamu di sebuah kisah tersurat di malam tak bernyawa. Kita tak pernah melihat warna kelabu dalam spektrum warna yang sama. Menyentuh asa dalam diam bagaikan pungguk merindukan rembulan: di malam bulan baru. Malam bulan baru berbilang di bingkai kalender yang kian sayat. Sisanya hanyalah karat--tak berharga. Maka, sejenak kita tinggalkan tentang tua yang melarikan kisah-kisah dalam keterlupaan. Kita ingatkan tentang bagaimana di malam yang dahulu kita sentuh setiap malam; ada mimpi-mimpi yang kesumat--entah kapan akan rampung. Mungkin sisa usaha ada hidup dalam sebuah prosa mini.

Bandarlampung, 30 Juli 2015; 12.37
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA