Puisi - unggun

unggun

matamu begitu unggun; hangat. sungguh takkan pernah sesuai dengan mimik dinginmu saat bertemu denganku. aku tak tahu mana yang harus kupercayai. isyarat matamu yang penuh bara, ataukah paras dinginmu membuluh perasaan.

malam ini, lilin adalah bulan tampak di wajah tirusmu yang kian memucat. kau memang pucat; bercahaya muram yang dalam.
kau suguhkan lagi sebungkus kasih di atas piring ingatan. aku terus menerka, mata atau mimikmu yang memancarkan sesungguhnya.

aku masih di tempat yang sama. menatapmu dalam. tak seperti dahulu, mungkin, bisa engkau raba dan kecup. kini aku menjadi bayang yang menari di bawah ransum hidanganmu. menunggu patahan kata.
isyarat, terpecahlah untukku. dari dia yang bagai teka-teki malam. namun hati, tak bisa berpaling.
kamulah keindahan.


Sumber Sari, Banjit, Way Kanan, 29-1-2013 pukul 00.10 WIB
cepatlah hadir, kumohon.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA