Kutub Magnet

Aku dan ayah diibaratkan kutub magnet.
Sama-sama keras kepala.
Sama-sama pemegang teguh prinsip yang geming meskipun ditentang. Sayangnya, prinsip yang kami pegang bertolak belakang. Akibatnya kami sering bertengkar.
Sama-sama blak-blakan jika tidak suka sesuatu.
Sama-sama diam seribu bahasa jika benar-benar menyukai sesuatu.
Sama-sama banyak bicara 'suka' dan sejenisnya jika ragu memang suka atau tidak.
Sama-sama tidak mau mengalah.
Sama-sama berharga diri tinggi.
Sama-sama payah mengungkapkan perasaan.
Sama-sama sulit dipahami.
Kami seperti sepotong batu yang masing-masing kuat. Jika dipukulkan satu sama lain menghancurkan.
Kami seperti dua benteng besar yang berperang dingin jika berada dalam satu ruangan.
Tapi, karena itulah aku begitu 'dia'. Bagaikan kutub magnet, maka kami tetap terbuat dari material yang sama. Kesamaan materi dan perbedaan kutub membuat kami seimbang.
Kini, setelah hampir 2,5 tahun kepergian beliau kusadari bahwa beliau salah satu alasan membuatku kuat. Mudah saja. Beliau seolah acuh jika salah. Namun isyaratnya terlalu kuat untuk disembunyikan bahwa beliau tidak suka. Dan aku, akan berusaha setengah gila mengubah anggapan beliau. Begitu pula sebaliknya.
Tanpa salah satu kutub ini, rasanya tidak seimbang. Dan seperti kompas rusak, aku berputar ke segala arah.
B. Lampung, 11-1-2013
Kutub utara - Kutub Selatan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA