Sebuah mimpi di hari jumat

--kemah di sudut gunung

Kemarin, aku bermimpi ganjil tentang kita. Berkemah di musim hujan--kan bodoh? Menjadi muda lagi, dan lekat dengan waktu yang memikat. Seseorang berlakon menjadi anak pemilik rumah di atas gunung. Seseorang yang lain berlakon menjadi ketua kelompok kemahku. Ramai. Bising. Dan kita berjalan menuju festival makanan? Di atas gunung. Ah, iya. Ini mimpi. Semua sah-sah saja.

Aku dapat undangan--pernikahan. Yeah. Antusias tidak antusias. Dan seseorang itu menikah dengan suaminya--di dunia nyata. Dalam kemewahan rumah lantai tiga sesak tamu--yang tak terjadi di dunia nyata. Mereka tersenyum, nyaris tertawa dengan bahagia. Aku ikut senang dan bersyukur aku memilih untuk antusias. Meskipun ini hanya mimpi.

Izinku berakhir. Dan kembaliku pada kelompok kemahku. Seseorang yang lain menungguku lama di festival makanan. Aku seolah lupa bahwa aku sudah datang di pernikahan seseorang. Ah, aku lupa makan. Ini kan mimpi? Makan saja lagi. Karena banyak fragmen yang tidak menjadi satu kesatuan yang utuh. Tiba-tiba ada awan, mendung merintik. Kursi dan meja panjang seketika kosong ditinggalkan. Untung makanku sudah diselesaikan.

Ternyata cuaca berbasa-basi. Seketika tangisan berhenti. Hanya wajah saja yang murung. Cuaca sudah cukup mendukung. Mari berjalan menuju--kamar mandi. Ah, iya, ini mimpi. Ada kamar mandi sebesar ini semua sah-sah saja. Namanya juga mimpi. Kawan anggota kemahku sakit perut. Bolak-balik ke kamar mandi dan aku diminta menemani. Dia muntah, pusing, dan mual. Kami keluar dengan terlambat dan gabung dengan mereka di hektaran lapangan.

Suara yang lain seolah tuli. Kawanku izin pada ketua kelompok, yaitu: seseorang yang lain untuk pulang. Hanya, dia mau banyak merepotkan dengan minta dikembalikan ke pintu masuk tempat pembayaran. Jilbab seseorang yang lain berkibar lemah, selemah dirinya tak bisa menolak sehingga mengiyakan. Berkilo meter bermotor menunggunya. Dia memukul pelan pahaku yang sudah kebas. Memintaku menjadi penggantinya sementara. Dan dia berlalu. Memang siapa anggota kelompokku? Ah, ini mimpi. Aku tak perlu ingat mereka. Mereka pasti bisa jaga diri 'kan?

Sumber: travelarize.com


Aku dibangunkan untuk sholat subuh. Ah, ini kenyataan. Aku harus bangun. Karena tidak sah-sah meninggalkan kehidupan nyata untuk sekadar bermimpi--yang maya.

Bandarlampung, 28 Desember 2019
Prima Helaubudi
Tadinya ada yang ingin dicurhatkan dan dikisahkan. Entah kenapa jadi berima. Dan aku memutuskan memilah ini menjadi sedikit estetika denga gayaku. Maaf kisah yang lain yang tak jadi kukabarkan. Kalian terpaksa kupisahkan dan kusimpan sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA