Dramatisasi #1
Dramatisasi #1
Dalam Bis
langit di kaca
jendela bergoyang
terarah ke
mana wajah di kaca jendela
yang dahulu
juga
mengecil dalam
pesona
sebermula
adalah kata
baru
perjalanan dari kota ke kota
demikian cepat
kita pun
terperanjat
waktu henti ia
tiada…
Sapardi Djoko
Damono
***
Aku mengulang lagi puisi ini.
Kubaca lagi dan lagi. Aku menemukan dramatisasi puisi yang baru. Dulu, jika aku
diminta membuat dramatisasi puisi dari puisi Sapardi satu ini, aku berkhayal
membuat:
***
Kemungkinan 1:
Seorang perempuan yang berdiri di
dalam bis yang penuh. Kemudian, tiba-tiba diajak bicara oleh seorang laki-laki.
Lalu, mereka kenal dekat. Tiba-tiba, bis terhenti. Dan si laki-laki pergi.
Mereka bertemu setiap hari di dalam bis pada waktu yang sama.
***
Kemungkinan 2:
Sama seperti kemungkinan pertama.
Bedanya, posisi perempuan dan laki-laki dibalik. Ditambah, mereka tidak bicara.
Si perempuan tekun membaca buku. Sementara laki-laki melihat dari kejauhan.
Saat si perempuan jenuh dan melihat sekeliling, ia menangkap mata si laki-laki
mengawasinya. Si laki-laki bersembunyi di balik punggung penumpang lain yang
sedang berdiri. Tiba-tiba bis berguncang. Saat mata si laki-laki mencari
perempuan itu… ia sudah tidak ada. Dan mereka tidak pernah bertemu lagi.
Apa pendapatmu tentang dua
kemungkinan di atas? Iya, betul sekali. Itu benar-benar iklan es krim W*lls!
Ini kemungkinan ketiga. Kemungkinan baru yang kususun lusa lalu saat membaca
puisi ini lagi dan juga mengingat nada dari paduan suara puisi ini:
***
Kemungkinan 3:
Seorang perempuan duduk di kursi
bis pojok. Melihat keluar jendela dengan mata sedih, pakaian hitam, dan rambut
hitamnya yang dikuncir buntut kuda dan gerai di bagian depan akibat terbawa
angin. Kemudian, saat menoleh ke samping kirinya, ada seorang laki-laki duduk
sembari mengajak kenalan dan bicara ceria tanpa henti. Si perempuan melihat
laki-laki itu tanpa rasa canggung. Hanya ada rasa bahagia dan kangen yang
tergambar di wajahnya. Tiba-tiba, bis terguncang. Si perempuan bangun dari
ketidurannya saat dahinya membentur punggung tangan yang ia gunakan untuk
bersandar. Melihat kebingungan, mencari sosok si laki-laki—yang tidak ia
temukan. Wajahnya sedih kembali. Diambilnya handphone
di saku; dilihatnya wajah si laki-laki dengannya di samping. Getaran SMS
masuk; berisi: kamu datang ke
pemakaman? Si perempuan menjawab datar: iya.
sebentar lagi sampai. Lalu perempuan itu melihat keluar jendela sambil
bercucuran air mata.
***
Tafsir bebas yang kugunakan masih
sama: pertemuan yang singkat, padat, dan berakhir cepat.
Bandarlampung, 2-3-2015
Prima Helaubudi
Komentar
Posting Komentar