Review - Petaka Hasad - Hani Syaikh Jumu'ah Sahi - Ketika Melihat Kemudahan Hidup Orang Lain

Ketika melihat kemudahan hidup orang lain, mampukah kamu turut berbahagia?

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Menggunakan Aplikasi Office Lens

Judul: Petaka Hasad dan Kiat Membentengi Diri dari Keburukannya
Judul Asli: Da'ul wa Atsaruhu 'ala Thalabatil Ilmi
Penulis: Hani Syaikh Jumu'ah Sahi
Penerbit: Wa Islama Warna Kehidupan Anda
Penerjemah: Ahmad Jokowi
Cetakan: Pertama, November 2008

Pada suatu hari, aku tersadar bahwa aku sedang dekat dengan kawan-kawan yang beracun (toxic friends). Aku menyadarinya karena beberapa minggu--atau bahkan bulan terakhir--itu, aku merasa jadi senang mengintai kehidupan orang lain. Ditambah pula, ada seorang kawan baik hati yang menasihatiku dalam kesendirian, bahwa, saat bersama kawan-kawanku yang "beracun" itu, aku menjadi amat dekat dengan pembicaraan dunia. Dia jujur menyatakan ketidaksukaannya. Aku mengiyakan dan buru-buru mencari bantuan dengan menguatkan ilmu masalah menjauhi dunia. Semakin mengerucut, apa sih yang membuat kita jadi senang sikut-menyikut satu sama lain dan hobi membicarakan dunia serta apa yang dimiliki orang lain? Jawabannya hasad (iri-dengki). Lalu, aku bersegera mencari buku bertemakan hasad dan Allah mempertemukanku dengan buku ini.

(Bahkan dalam kajian psikologis pun, toxic friends menyebabkan banyak masalah psikologis pada diri seseorang lho)

Membicarakan hasad sendiri adalah panjang urusannya. Karena ternyata hasad itu terjadi pada setiap diri manusia. Tidak satupun terluput dari hasad. Apapun levelnya. Entah dia pengusaha, pedagang, penuntut ilmu, bahkan selevel ustadz pun terkena hasad. Hasad ini menyerang orang yang selevel dengan orang yang hasad tadi karena kesamaan teritorial di kehidupannya.

Buku ini dibuka dengan mukadimah yang indah dan masalah definisi, dan dalil-dalil dalam Alquran dan hadits serta tak lupa semakin indah dengan disertakan atsar sahabat. Tak lupa, buku ini mengaitkan perihal hasad dengan beberapa masalah akhlak lain dalam kehidupan kita. Misalnya saja, hasad bisa menjadikan seseorang yang di-hasad-i terkena penyakit 'ain. Penyakit 'ain sendiri adalah salah satu penyakit yang dilemparkan oleh orang yang hasad kepada obyek hasadnya. Baik keadaan tidak suka atau justru berbalik karena terlalu takjub dan lupa memuji kepada Allah. Menariknya, aku pernah mendapati bahwa penyakit 'ain ini sendiri adalah salah satu bentuk sihir. Jadi, mata jahat yang penuh iri dengki pun bisa melemparkan panah beracun kepada orang lain. Bahkan tertera hadits yang mahsyur bahwa jika ada yang bisa mendahului takdir, itu adalah penyakit 'ain. Tapi tentu saja, perlu perincian masalah takdir di sini adalah takdir yang diturunkan kepada manusia pada waktu yang ditentukan. Bukan yang ada di Lauh Mahfuzh.

Selain ditarik ke dalam masalah akhlak, hasad semakin mengerikan ketika ditarik ke dalam masalah akidah. Akidah Islam mengharuskan setiap manusia beriman kepada Allah. Salah satunya beriman kepada apa yang Allah takdirkan kepada hamba-Nya. Meyakini bahwa setiap pembagian yang Allah berikan kepada hamba-Nya pasti adil dan pasti baik. Terlepas ketidaksukaan kita terhadap takdir tersebut. Nah, di sini penulis dengan apik mengarahkan kesimpulan bahwa ketika seseorang hasad kepada orang lain, apalagi sampai menginginkan hilangnya kenikmatan yang Allah berikan kepada orang tersebut sebagai "orang yang kurang imannya". Karena orang tersebut lupa bahwa yang memberikan dan membagikan nikmat tersebut adalah Allah. Tidak ada satu makhluk pun di muka bumi yang mampu memberikan atau menghapuskan nikmat yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Merasa tidak adil dan ke-"aku"-an bahwa dirinyalah yang berhak adalah bentuk penyimpangan dalam masalah takdir itu sendiri.

“Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
(QS. Ali ‘Imran [3]: 37)

Buku kecil ini juga memberikan beberapa tips dalam menghadapi hasad yang terjadi dalam diri seseorang. Tapi tentu saja, tidak ada yang bisa mengalahkan tips untuk mengingat kalau Allah-lah yang memberikan nikmat kepada siapa yang dikehendakinya. Maka, sungguh orang yang hasad kepada orang lain--dalam hasad yang tidak dibenarkan--dia memperlelah dirinya sendiri dalam rangka menghilangkan pada diri orang lain apa yang dirinya sendiri tidak bisa dapatkan. Bukankah orang semacam ini sangat merugi? Alangkah baiknya jika kita melihat sesuatu yang kita inginkan dalam diri orang lain, kita langsung memintanya kepada Allah. Karena Allah-lah yang memberikan nikmat tersebut.

Salah satu tips juga adalah menjauhi kawan yang buruk dan mendekati kawan yang baik. Betapa pentingnya kita menyeleksi dengan siapa kita dekat berkawan! Karena akhlaknya menular. Dan aku merasakan sendiri cepat sekali saat berpaling pada orang yang gemar berbicara dunia, engkau akan terseret dengannya. Hatimu dipenuhi dengki yang tidak berkesudahan. Matamu jadi mengintai orang lain. Dan lidahmu jadi kian pedas nan tajam. Rela jadi begini? Aku sih NO!

Sumber: Pinterest

Bandarlampung, 2 November 2018
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA