Saat Semua Orang Ingin Kembali Ke Masa Lalu

Saat menjelajah media sosial, terkadang aku menemui kuis-kuis kecil yang memancing keputusan diri kita masing-masing. Keputusan yang diambil itu menggambarkan cara berpikir dan kerapuhan yang sebenarnya dibenamkan oleh diri kita dalam-dalam. Salah satu kuis itu berbunyi, "Kemampuan/mana yang kamu pilih jika ada dua pilihan..." Salah satu pilihan yang menarik perhatianku karena pilihan tersebut sangat tidak menarik--setelah aku melakukan banyak perenungan hidup--adalah: kembali ke masa lalu.

Sumber: di sini

Aku berada di lingkungan di mana banyak orang ingin kembali ke masa lalu. Kebanyakan orang berandai-andai. Aku pribadi pun masih terjangkit penyakit berandai-andai ini. Mungkin semua akan lebih baik jika waktu diulang kembali. Itu pikirku, dan aku yakin, pikir orang-orang sekelilingku. Tapi, ada sesuatu yang mengawang di sana. Sesuatu yang tidak menembus ke dalam hati dan meraih pemahaman jiwaku sehingga tak benar-benar aku jadikan prinsip. Sengaja ditunda dan dilupakan sejenak hingga jawaban dari Ilahi datang menghampiri.

Jawaban itu datang suatu hari dengan tiba-tiba setelah aku banyak membaca tulisan yang penuh perenungan. Lalu, aku menyimpulkan apa yang aku yakini pribadi. Kembali ke masa lalu takkan mengubah apa-apa. Karena mengulang masa lalu bukan mengulang namanya jikalau kamu sudah memiliki pengetahuan paripurna tentang apa yang terjadi. Sejujurnya saja, pengetahuan yang kita kira paripurna sebenarnya pun tidak paripurna. Kita hanya mengetahui satu sudut. Satu waktu dengan runtut kejadian tertentu. Tapi tidak di waktu lain. Kita tidak mengetahui runtutannya karena belum memiliki pengalaman ke sana.

Tidak seperti ujian di atas kertas, ujian di dalam kehidupan adalah ritme waktu itu sendiri dan bagaimana kita mengarunginya. Maka, mengulangi waktu mewajibkan menghapuskan ingatan dan pengalaman sebelumnya. Mengambil celah memasuki kemungkinan paralel. Apakah kita bisa yakin pengulangan di masa lalu akan menjadikan sesuatu lebih baik? Bagaimana jika lebih buruk? Dan keburukan yang terjadi saat ini adalah keburukan paling minimal sebagai hadiah dari Ilahi pada hamba-Nya yang maha fakir? 

Di sisi lain, keberadaan kemampuan kembali ke masa lalu akan menghancurkan konsep waktu itu sendiri. Menjadikan manusia makhluk yang lama berkembang. Seperti kita ketahui bersama, manusia adalah tempatnya kesalahan. Terus kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan menjadikan manusia tidak maju. Lebih parahnya bahkan dicekam dominasi ketakutan. Menjadi lebih takut untuk hidup. Tetap stagnan bahkan mengalami kemunduran. Apalagi jika ditambah dengan variabel kuantitas manusia yang akan melakukan perjalanan melintasi waktu. Maka manusia takkan tumbuh dan berkembang.

Aku pribadi akan memilih kemungkinan lain dan berdiam pada pilihan yang nyata ada dampak di masa sekarang. Sesuatu pada masa lalu yang mesti diperbaiki akan datang di masa sekarang jika memang harus diselesaikan. Setiap manusia juga harus menerima bahwa, tidak setiap hubungan harus berlanjut jadi mesra. Ada hubungan yang harus dibiarkan menggantung untuk menjadikan sepotong kenangan manis. Ada kepahitan yang harus direguk untuk mendapatkan kebijaksanaan hidup.

Itu menurutku. Kembali lagi.

Bandarlampung, 16 Juli 2018
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA