Pesona Seorang Ibu

Suatu hari, ibuku berkunjung ke rumah. Beliau bermain dengan anakku. Kami bercengkrama seolah aku belumlah menjadi istri seorang laki-laki--walaupun di sela pembicaraan kami, kami membicarakan perihal rumah tangga. Saat ibuku pergi, aura romantis jingga yang hangat menghilang. Aura yang sejak lama aku cari-cari setelah menikah. Aura yang selalu kupertanyakan, di manakah ia gerangan?

Selepas menikah, aku selalu bertanya. Kenapa aura romantis berwarna jingga yang hangat itu tidak singgah ke rumahku--ke rumah tanggaku. Apakah karena lokasi tempat tinggalku tak lagi di tempat dahulu? Ataukah karena adaptasi antara aku dan suami kurang? Atau dan atau ada di benakku. Kini aku temukan jawabannya.

Itulah dirimu: ibu. Engkaulah yang membawa aura romantis berwarna jingga yang hangat itu. Sosokmulah yang menjadikan rumah itu hangat. Sosokmulah yang menjadikan rumah penuh dengan arti. Penuh dengan harta karun berupa ilham puisi indah. Sosokmulah yang mampu bersaing dengan senja dan nuansa malam dalam kelamnya gulat pikirku.

Inilah aura yang bahkan terasa memudar tatkala engkau mulai meninggalkanku dan sibuk dengan kegiatan-kegiatanmu, duhai ibu.

Pesona seorang ibu--jauh lebih indah dari setiap sajak tentang ibu.

Sumber: Pinterest; diolah menjadi kolase dengan aplikasi PhotoGrid oleh penulis

Bandarlampung, 15 Mei 2018
Prima Helaubudi
Semoga aku dapat menjadi pembawa aura romantis jingga hangat itu untuk setiap insan yang bernaung bersamaku...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA