Redup

Kebanyakan orang, tidak menyukai kala mendung menyapa menjadi cuaca.
Membuat perasaan buruk, katanya.
Kedatangan hujan, katanya.
Tahukah kamu, mengapa mendung itu begitu mempesona untukku?

Karena keberadaan mendung membuat dunia menjadi redup dan berjalan dengan tingkap sejenak.
Redup itu membuat keberadaan cahaya menjadi hal mahal.
Keberadaan cahaya yang biasanya dilumrahi oleh banyak orang.
Adanya redup, menjadikan warna-warna cerah merunduk di bawah kuasa warna-warna yang tenang.
Biru dan hijau.
Abu-abu juga masuk di dalamnya.
Redup seolah berkata, "Wahai jiwa yang sibuk. Wahai jiwa yang ketenangannya tergoyahkan. Istirahatlah sejenak. Ada anugrah untuk mengistirahatkan saraf-sarafmu."

Bandarlampung, 21/02/2018
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA