Pecahkan Cermin Tarsah Itu!

Familiar dengan kata-kata "Cermin Tarsah"? Jika iya, aku berani bertaruh kamu membaca dan/atau mencari tahu mengenai novel--bisa jadi juga film--serial Harry Potter. Novel Harry Potter memang begitu luar biasa di antara pecinta novel di Indonesia. Novel besutan Gramedia ini pun sukses baik secara penjualan maupun kualitas penerjemahan.

Bicara soal kualitas penerjemahan, pernahkah terpikir apa itu arti "tarsah"? Aku membuka terjemahan via Google dan juga situs Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sayangnya, aku tidak menemukan definisi "tarsah" ini. Lalu, rasa penasaran membuatku mencari lebih jauh bahasa Inggris dan juga menelusuri soal mengapa diterjemahkan dengan "tarsah"? Aku menemukan sebuah tulisan menarik dari Kompasiana yang aku sertakan di sini. Sedikit bocoran dari tulisan tersebut. Ternyata penerjemah elit Harry Potter yang jago merangkai kata pun kehabisan ide untuk menerjemahkan--yang dalam bahasa Inggris adalah "Erised Mirror". Sebabnya adalah tidak adanya kata tersebut dalam bahasa Inggris. Ternyata setelah ditelaah, "erised" merupakan pembalikan dari kata "desire" alias hasrat. Alhasil, dalam bahasa Indonesia juga di balik--dengan amat apik--menjadi "Tarsah".

Sumber kedua gambar: kbbi.web.id

Setiap kita memiliki hasrat terpendam di hatinya. Keinginan itu demikian membuncah hingga menjadi impian. Tak sampai di sana, hingga merasuk menjadi bunga tidur. Sangkal atau tidak, alam bawah sadar mengetahui dengan pasti apa yang diri inginkan.



Sumber kedua gambar: kbbi.we.id

Hasrat, keinginan, mimpi, impian, dan angan-angan merupakan beberapa kata yang bertautan. Bagiku pribadi, perbedaan kata-kata itu lebih pada terletak pada positif atau negatifkah arah diri kita. Apakah kita memilih untuk memperjuangkannya dengan baik atau buruk. Apakah kita merasa itu laik diperjuangkan atau sekadar menjadi buih dalam ingatan.

Seberapa pantaskah impian itu untuk diperjuangkan? Orang berakal mengerti bahwa sesuatu yang diimpikan haruslah diperjuangkan dengan sekuat tenaga hingga titik darah penghabisan. Tentu saja sambil menunggu aliran takdir dari Allah perihal apakah yang diperjuangkan itu berhasil atau tidak. Mengusahakan agar mimpi itu menjadi kenyataan walaupun harus merasakan kelelahan dalam memperjuangkannya. Memantaskan diri sebagai pemilik mimpi-mimpi tersebut.

Tapi, tidak semua orang memperjuangkan mimpinya. Sebagian ada yang merasa impian itu terlalu tinggi sehingga hanya bisa menjadikan impian itu bertetap dalam otaknya. Tanpa perbuatan untuk berjalan ke arahnya sedikit demi sedikit. Parahnya, terkadang ia juga menjatuhkan orang-orang yang menceritakan impiannya kepada dirinya dengan beragam ucapan.

Jika Cermin Tarsah dalam serial Harry Potter berbentuk benda kasat mata, maka Cermin Tarsah dalam kehidupan nyata tidak kasat mata. Ia bercokol dalam pikiran setiap individu. Tidak dapat dilepaskan. Sama seperti serial itu, kebanyakan orang yang membantu orang yang memiliki Cermin Tarsah dalam pikirannya justru ditolak. Sebagaimana Ron dan Hermione yang berkonflik dengan Harry tatkala Harry menyatakan bahwa ia melihat ayah dan ibunya dalam cermin tersebut.

Nama yang berkebalikan. "Hasrat" menjadi "Tarsah" untukku secara pribadi mengindikasikan orang yang terjebak dalam impiannya tanpa pernah berbuat. Hidup dalam angan-angan dan hanya mengejar bayangan. Merasa tenang dan mendapatkan segalanya. Padahal sebenarnya, ia tidak mendapatkan apa-apa. Karena pilihannya hanya ada dua: terjebak dalam angan-angan akan mimpi-mimpi atau berusaha mengejar mimpi-mimpi dengan duduk di kursi pesakitan. Aku sangat menyukai ucapan Albus Dumbledore yang jika dialihbahasakan menjadi, "Harry, tidak bagus tenggelam dalam impian kosong dan lupa untuk hidup. Ingat itu. Di situ Harry mulai menyadari kesalahannya dan keluar dari perangkap di Cermin Tarsah itu. Seseorang yang ingin keluar dari perangkap impian kosongnya harus memilih untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan mimpi tersebut. Tidak bertetap semata dalam awang-awang.
Sumber: di sini

Pecahkan mental blok kita.
Pecahkan Cermin Tarsah Itu!
Hiduplah dengan berani.

Bandarlampung, 25 Februari 2018
Prima Helaubudi
Esy Andriyani | Mita Rusmiati | Nisa Larasati | Ayu Khodijah | Agnes Rachmawati | Zulaikha Karen | de el el...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA