Dipan yang Rapuh



Tidak seorang pun dalam perjalanan di dunia ini akan membersamaimu selamanya.
Meskipun ia termasuk dalam apa yang Rabb-mu wajibkan dalam daftar prioritasmu.
Tidak seorang pun akan mengerti panjangnya perjuangan yang engkau lakukan untuk menggapai apa yang diridai-Nya, apa yang menjadi pikiran dalam asamu, atau seberapa banyak engkau terluka.
Meminta bantuan pada manusia, dengan seutuhnya.
Mengharap bahwa dengan menjadikan mereka prioritas akan serta-merta membuat mereka juga berlaku sebaliknya.
Perbuatan itu seperti bersandar pada dipan yang rapuh.
Engkau bermaksud sedilkit menyandarkan punggung agar hilang sedikit lelah dirimu.
Sayangnya, hal itu berakhir pada punggung yang patah, kepala yang cedera, dan hati yang merana.
Tak perlu engkau mengumpati sang dipan.
Cukup umpati dirimu sendiri saja—yang berharap pada dipan yang rapuh itu.

Bandarlampung,02/02/2018
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA