Sekuel(?)
A
|
pa
yang kamu pikirkan saat ada sekuel dari cerita, buku, atau film yang kamu sukai
setelah ada kata “tamat” sebelumnya? Kalau aku pribadi,
sangat tidak suka dengan adanya sekuel dari cerita, buku, atau film yang telah
aku dengar, baca, dan/atau lihat sebelumnya. Sebab, dengan adanya sekuel, ada
sebuah beban dari apa yang sebelumnya telah selesai. Ada ekspektasi yang tinggi
bahwa sekuel seharusnya lebih baik dari sebelumnya. Di sisi lain, timbul rasa
malas. Seolah ditarik ulur oleh sebuah benang tak kasat mata dari apa yang
sebelumnya telah disudahi.
Sesuatu yang telah selesai dalam hidup, ada
baiknya memang berheti. Titik. Tidak ditambahi lagi. Adakalanya, dengan
ditambahi babak tambahan, bukannya mempermanis kenangan justru memperburuknya. Ada
masa di mana kita harus memang berhenti dan mengucapkan selamat tinggal pada
adegan hidup kita. Saat sekuel itu
dijalankan, ternyata kenangan tidak berbuah semakin manis. Tapi justru menjadi
buruk dan berubah menjadi kenangan buruk yang menghapus kenangan manis
sebelumnya. Alhasil, yang tersisa adalah akhir yang buruk. Perpisahan yang
terkesan patah lalu jatuh teronggok begitu saja dipermainkan oleh angin. Lama-lama
mongering seperti tanpa arti.
Pikirkan
Dua Kali
Laiknya sekuel dalam cerita, bacaan,
atau video/film, kehidupan butuh dipikirkan dua kali dalam membuat sekuel. Pikirkan
apakah momen, waktu, tempat, pelaku, dan—yang terpenting—masanya masih dalam
banyak persamaan dengan sebelumnya. Perbedaan yang semakin jauh dengan masa di
mana kenangan kita berada hanya menjadikan tingkat kegagalan membuat sekuel
berakhir indah semakin tinggi.
Adanya orang-orang (generasi) baru
dengan masa yang berbeda akan menciptakan konflik yang lebih besar dibandingkan
dengan sekuel yang dibuat dengan pelaku dari satu generasi. Generasi kemarin
dan yang sekarang jelas memiliki perbedaan yang semakin menajam seiiring dengan
pertambahan waktu yang ada. Pikirkan dua kali sebelum masuk ke dalam
perpanjangan itu. terkadang perpisahan dengan masa yang telah dilewati adalah jalan
yang terbaik daripada memilih kembali ke dalamnya.
Demikian pula saat menerima orang yang
sebelumnya ada konflik super besar dengan diri kita. Selain lompatan
kepercayaan yang dibutuhkan terlampau besar, kemungkinan membuat sekuel yang
lebih baik dalam episode hidup sedikit banyak akan terganggu manakala kita
tidak memikirkan dengan baik apakah orang tersebut memang pantas kembali atau
tidak. Tidak semua orang pantas menetap dalam hidup kita. Terkadang, ada di
antara mereka yang bagus sebagai seorang yang melintas saja kemudian
menghilang. Kita hanya sepintas melihat pesonanya.
Partisi
Hidupmu!
Mengembalikan kenangan lama akan
menghabiskan energi yang seharusnya digunakan untuk membuat kenangan baru di
masa ini. Alhasil, yang tersisa adalah kekosongan di masa kini demi
memperpanjang kenangan di masa lalu. Ingatlah! Perpisahan atas salah satu
episode hidup terkadang adalah keputusan terbaik. Partisi hidupmu!
Hidup kita ada di masa kini. Bukan di
masa lalu. Saat memasuki episode baru, perlakukan semua serba baru. Perlakukan semua
dengan anggapan dimulai dari nol. Meski apa yang terjadi sebelumnya jelas akan
memengaruhi keputusan kita di masa kini. Berikan segenap konsentrasi dan
kemawasan 100 persen untuk masa kini. Ada alasan kenapa diri kita berada di
level ini, di episode ini. sebab episode sebelumnya telah terlampaui. Ada ujian
baru nan panjang yang menunggu di masa yang baru.
Move Up!
Seseorang yang ingin memperpanjang
kenangan yang lalu, membuat sekuel tentangnya bisa dikatakan belum move on. Ingin
memperpanjang kenangan manis, ingin adalah istilah manis untuk terjebak dalam
ruang yang kini sudah tidak ada. Meskipun ia berhasil memperpanjangnya, akan
ada yang kurang. Karena memang bukan masa dan saatnya lagi. memang sudah
masanya ia berpisah dari masa sebelumnya. Ia hanya terlalu takut mengucapkan
selamat tinggal.
Move
up. Berpindah
ke derajat kehidupan yang lebih tinggi. Berpisah dengan episode hidup sebelumny
memang menakutkan. Tapi apalah arti hidup tanpa benar-benar menjalani apa yang
ada sekarang, bukan?
Ada
yang Lebih Baik di Sana
Toh, nun jauh di sana aka nada tempat
singgah untuk menetap selamanya. Bagi mereka yang percaya akan Negeri Akhirat,
sekuel akan episode-episode hidup adalah sebuah kelelahan yang berarti. Mengejar
banyangan yang tak sampai dan justru membawa pada kemunduran. Bagi mereka yang
percaya akan Negeri Akhirat, mereka tidak akan menyukai dan terjebak dalam
membuat sekuel hidup di dunia ini selaiknya mereka yang tidak percaya. Mereka percaya,
dunia adalah tempat singgah sementara. Semua datang dan pergi. Ada pertemuan,
ada perpisahan. Negeri yang abadi ada di sana. Entah esok—atau 1000 tahun lagi.
“…
Bukan karena sebelumnya tidak menyenangkan.
Tapi
kita butuh tumbuh dan berkembang.”
(Rindy
Dwi Ladista)
Sumber: di sini
Bandarlampung, 25/01/2018
Prima Helaubudi
Theme
Challenge: Farewell
Esy Andriyani | Mita Rusmiati | Nisa
Larasati | Agnes Rachmawati | De El El
Tulisannya 'epic'. Sayang, ada beberapa typotypo, Prim.. . Well done ! MasyaAllah
BalasHapusIni kayaknya renungan yang sedikit banyak ada kisah si "dia" itu ya prim? Dia yang bikin puyeng . . hehehe
BalasHapusHaha.. Padahal udah diedit-edit.. Masih ada typo aja.. Mana aku sebel kl edit-edit..
BalasHapusIni buat semua orang yang bikin sebal tingkat tinggi... Berlaku umum.. Sekaranv gak mau pusing ah.. Keterlaluan tinggal see you bye bye.. :D
Haha.. Padahal udah diedit-edit.. Masih ada typo aja.. Mana aku sebel kl edit-edit..
BalasHapusIni buat semua orang yang bikin sebal tingkat tinggi... Berlaku umum.. Sekaranv gak mau pusing ah.. Keterlaluan tinggal see you bye bye.. :D