Menyeru Keabadian

Aku tidak tahu apakah keabadia bisa datang seketika--sekali jentik--seumpama kisah fiksi yang kita lihat di layar kaca. Aku hanya tahu bahwa keabadian adalah tujuan alam bawah sadar manusia. Tombak kuat untuk menyerang setiap ambisi. Kerapuhan yang dijaga sebagai impian diam-diam. Pada diam yang keseribu kali ini, aku hendak mengajakmu berfikir. Berfikir menjadi kekal dalam ingatan. Sayangnya, bukan obrolan yang kudapat. Tapi bantingan pintu tepat di wajah yang kudapatkan darimu saat mengetuk pintu. Berkata sebagai teman lama.

Keabadian diam kita yang tak pernah mencair terkekalkan oleh tulisan kita masing-masing. Adakah beberapa patah bunga mawar yang terkulai lemas di bawah jendela itu mengingatkan? Mungkin iya. Bisa jadi tidak. Ke mana arti abadi saat sakitlah jadi bahasan utamanya? Aku tak lagi tahu.

Aku tak lagi tahu namun lancang meminta keabadaian ada atasku. Kudekap erat hingga ia kehabisan nafas waktunya.

Bandarlampung, 8-3-2016
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA