Koloni Semut di Irisan-Irisan Tahu

Tanganku meraba-raba kasar permukaan tahu yang terlalu asin untuk ditelan. Aku menyingkirkan barisan semut berwarna perunggu yang telah datang dengan kesumatnya. Tahu itu milikku, milik adikku, dan milik ibuku. Enyahlah kalian!

Kemurkaan yang tanggung-tanggung menangguhkanku untuk menyingkirkan semua semut itu sekaligus. Apakah aku egois dengan semua ini? Aku rasa tidak. Karena toh di ujung pintu sana tahu-tahu yang lain telah diletakkan.

Menyingkirlah wahai koloni semut!

(dan ternyata memang aku tak pandai mengakui
bahwa kami memakan tahu yang sama)

Bandarlampung, 31-12-2013

Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA