I Am Not A Nice Guy

I Am Not A Nice Guy

“I AM NOT A NICE GUY.” Begitu kalimat seorang aktor dalam laganya di televisi saat aku menemani adik dan ibuku menonton. Kalau ada yang stalking—bukan bermaksud berharap sih. Pemikiran ini muncul begitu saja melihat fenomena kawan-kawanku yang stalking bilang-bilang. Siapa tahu, kan, mereka ikut stalking di sini?—ini blog yang isinya tidak seberapa ini, aku sudah pernah mengungkapkan bahwa diriku sangat tidak mengerti. Aku sangat tidak mengerti pemikiran dan psikologis para laki-laki. Jelas karena aku adalah seorang perempuan.

Kaitannya dengan kalimat tadi juga sama dengan apa yang pernah aku tuliskan. Bagaimana seorang laki-laki bisa membiarkan seorang perempuan yang dicintainya. Tapi dalam keadaan dia berkencan, berpacaran dengan perempuan lain. Bagiku itu sangat tidak logis. Hal tersebut juga notabenenya tidak sesuai dengan makhluk logis bernama laki-laki.

Aku hanya menyintesiskan semua itu bahwa dalam beberapa hal, perempuan dan laki-laki dapat melakukan keduanya. Keduanya dapat logis dan tidak logis dalam derajat tertentu. Keduanya juga dapat sama dalam konteks yang berbeda.

Kembali pada kalimat tadi, aku sangat heran dengan hal demikian. Aku mengerti bahwa si laki-laki tidak ingin menyakiti si perempuan. Aku mengerti sampai di taraf ini. Tapi kemudian berkencan dengan perempuan lain? Kemudian dia tidak memperbaiki dirinya? Nyow (apaan, red)? Aku tidak mengerti.

Sementara psikologis perempuannya aku sangat mengerti. Bagaimana dia merasa sebagai pecundang di hadapan si laki-laki karena kesempurnaannya. Jelas, sebagai perempuan aku mengerti kenapa dia diam saja; tidak bertindak.

Mungkin pemikiranku ini terlalu jauh. Apatah lagi, ini psikologis lawan jenis. Hanya saja, aku penasaran. Pembaca, jangan mengira aku memikirkan ini terlalu dalam. Ini hanya lewat sebagai selentingan. Insya Allah jika aku memiliki suami nanti, aku akan bertanya kepadanya.

Kenapa aku tertarik? Di dalam acara yang sama, ada seorang perempuan yang dalam beberapa sisi memiliki persamaan denganku. Persamaannya adalah dia tertarik untuk mengerti orang-orang di sekitarnya. Mengenai mengapa mereka mengambil keputusan demikian. Hal itu sangat berfungsi untuk meruntutkan kejadian secara garis besar. Kadang aku berpikir, sepertinya aku tertarik dengan psikologi. Seperti Ibnu Qayyim, ulama Islam yang berkecimpung di dalamnya.

Bandarlampung, 10-5-2014

Aku tidak mengerti…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA