Catatan dan Sedikit Tentang Takdir

Catatan dan Sedikit Tentang Takdir

Semester 7 adalah tingkat yang paling acak-acakan sejauh ini. Lihat saja catatan yang biasanya selalu tersusun rapi sudah bertaburan bak kisah-kisah terbuang. Kubuka secara acak pula, kutemukan sebuah kalimat dengan tulisan tanganku yang secara sepihak kunyatakan ia berkaitan dengan apa yang aku alami sekarang, "Abdullah bin Samit berkata kepada putranya, "... Hakikat iman bahwa apa yang ditakdirkan menimpamu tidak akan meleset darimu. Dan apa yang tidak ditakdirkan padamu tidak akan menimpamu.""

Di catatan tertulis lemah dalam tinta yang mulai menangis dalam luber yang sedih, "8-11-2013". Tak perlu kautanya siapa dan apa literasinya telah aku cocokkan. Melihat keadaannya yang terlampau lusuh, sudahlah pasti belum kuliterasi lagi dengan barisan buku-buku di rak atau lewat pencarian dunia mayaku.


                                                                            ***

Manusia tak bisa mengatur takdir. Karena takdir itu adalah rahasia. Dan karena dirahasiakan, maka tidak ada alasan tinggal menunggu; tidak berusaha. Semuanya harus diusahakan--dengan syarat doa berkelanjutan dan pasrah setelah maksimal--dan tidak terjebak dalam ingin yang dipanjangkan oleh angan.

Angan yang paling luar biasa adalah sukanya semua manusia atas apa yang diri lakukan. Itu mustahil. Sementara diketahui bahwa hati manusia Penciptalah yang mempunyai hak mutlak atasnya. Tanpa ada pertentangan. Banyak kasus dalam kehidupan yang membuat berpikir bagaimana agar perasaan manusia menjadi cenderung pada diri.

Apakah pernah sekalipun terjadi? Kalau sudah, apa puas? Dapat apa? Jika tidak, lalu kenapa? Dijawab pula berbentuk catatan pinggir karena kertas potongan ini tak lagi cukup, "Jadi kalau perasaan manusia itu nisbi, kenapa rida manusia yang kita kejar?"

Bisa jawab? Mungkin getar di bibir sudah lagi nyaris tak dapat dilakukan karena wajah terlanjur memaling. Merasa bersalah. Atau congkak, tapi tahu itu benar.

Aku sering mengatakan ini dengan redaksi yang disesuaikan pada hampir setiap orang yang sedang dirundung masalah. Dan aku pun sering menyatakannya kepada diriku sendiri:

Di dunia ini ada sekitar empat milyar manusia. Mustahil tidak ada satu pun di antara mereka yang lebih kesulitan menghadapi manusia dan takdir yang menimpanya. Tetapi mereka diam, tidak mengeluh, dan lulus atas ujiannya. Lalu, pantaskah diri?

Maka, mari tutup sejenak dan melihat kembali apa yang salah, kenapa salah, kenapa sikapnya tidak dapat ditaklukan? Karena diri menganggap bisa menaklukan. Padahal Dia Pemilik 'Arasy lebih patut dicari dan diminta untuk melembutkan semuanya.

Yakinlah, ketika Dia berkehendak...

Hati, sikap, dan raga manusia akan selayaknya kapas yang terendam air.
Lembut membelai.

Bandarlampung, 22-2-2014
Tiba-tiba aku tuliskan ketka melihat catatan kecil ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA