Tak setara

Tak setara

Bulan menggeliat diatas ranjang putih. Tak ada lagi gelap abu meruncing di desah tirus. Bulan bangun kesiangan dan kesakitan. Dia tak sanggup tanpa ada malam. Mentari menyeretnya kelua. Bias amarah mentari menghujam-hujam dinding kamar berwarna pastel.

Tempatmu bersama malam, Bulan. Sadarilah bahwa ruang tak akan bisa memantulkan wajahmu yang rona. Karena ruang tak bisa menolak jamahan mentari setiap siang.

Biarlah sayangku, bulan. Terbagi gelap malam. Biarlah sayangku, bulan. Kian harus menggenapkan hari saat kau terlalu sakit menampakkan wajah.

Saat bulan baru, ruang tahan rindu padamu. Lelapmu di ranjang adalah kesah. Namun selalu basah.

Bandarlampung, 5-5-2012
Prima Helaubudi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA