Nuansa Dukaku
Nuansa Dukaku, aku melipat ujung-ujung surat dari perkamen yang paling mahal. Esok, aku akan mengirimnya lewat kantor pos dalam tempo sesingkat-singkatnya. Aku berandai, jika ada yang dapat lebih cepat. Ya, akan kutunaikan detik ini juga. Tak peduli bahkan kredit juga.
Nuansa Dukaku, ia telah menyiksa segenap aliran darah. Laksana mendaki pegunungan, menjadi tulahku. Aku hanya ingin berhenti selayaknya pecandu yang tercemar zat adiktif.
Aku bertanya perihal Nuansa Dukaku. Sebab apakah ia hadir. Dan aku hanya menuliskannya dalam barisan tanda titik; pernyataan. Seolah ia adalah bagianku sendiri. Bukan makhluk berbeda.
Kudengar, kini masa telah jauh melangkah. Kukirim ia ke tempat paling jauh, paling lupa. Namanya : Alfa.
Bandarlampung, 1-11-2013
Prima Helaubudi
Kenapa kita berduka, Sayang?
Komentar
Posting Komentar