Benih-benih Salju
Benih-benih Salju
Benih-benih salju telah
ditebarkan. Lewat usaha Gugur menabur angin dan hawa dingin. Memenuhi jagad
dengan himne sunyi. Menjadi hadir. Dedaunan berubah semerah senja pada gigir
hari. Ranting-ranting tak lagi punya kuasa; mereka berpisah. Menyisakan
daun-daun maple yang menjadi lantai hutan; tak lagi menjadi kanopi magis.
Dua, tiga, dan empat
lonceng hibernasi telah kumandang. Buah-buah beri tak lagi selamat dari
kunyahan mulut. Ini semua karena kedatangan salju tak pernah manusiawi—bahkan
untuk manusia tak tahan dingin—. Oh, Bumi. Bagaimanakah syaraf-syaratmu
menerima dengan pasrah semua ini? Sungguh alam pun tak lagi kehendaki.
Betapa menyesap rasa
dingin. Satu-satu mantel dirapatkan, pintu-pintu dikunci, dan anak-anak kembali
dengan segelas susu cokelat hangat dalam dekap seorang ibu. Mulailah membakar
perapian hingga menjadi api yang begitu jilat. Dalam hati, mari berdoa agar
selamat. Menemui Semi yang begitu hangat.
Bayangkanlah! Semua
lanskap menjadi putih. Setara dengan pengampunan yang was-was diminta di akhir
setiap malam tanpa lelah dan jengah.
“Tuhan,
aku telah melihat benih-benih Salju. Selamatkan aku dari dinginnya.”
Bandar Lampung, 1
Oktober 2013
Prima Helaubudi
Apa yang paling
kaucemaskan? Sudah meminta pengampunan untuk sebabnya?
Komentar
Posting Komentar