Penting Gak Penting
Penting
Gak Penting
Pokoknya.
Aku tegaskan ini tulisan gak ada penting-pentingnya. Dalam seminggu ini rekor
banget minum tiga-empat gelas kopi ditambah porsi tidur yang cuma tiga jam
sehari. Biasanya empat jam sedikit-sedikitnya tidur. Kata kawan KKN, yang
namanya minum kopi terus gak bisa tidur itu cuma sugest aja. Tapi kayaknya gak
berlaku buatku deh. Terbukti nih. Manjur sakit.
Aku
berteman dengan teh bisaanya. Tapi berhubung--gara-gara aku juga sih--di rumah
jadi agak keranjingan nyicipin semua varian Good Day yang seperusahaan sama
kopi Kapal Api--cuma anak perusahaan aja--. Jadi, aku sangat tergoda untuk
nyicip juga. Ahhhh.... Prima... Kebisaaan buruk diturutin!
Next,
ceritanya jadi maksain begadang-begadangan ini gini. 'Kan kalo mau lulus kuliah
S1 harus buat skripsi yang tadinya aku pikir gak seberapa banget. Ya sudah, aku
putuskan untuk iri dengan kawan-kawanku yang sudah gerak cepat membuat skripsi.
Maklum, anak manajemen di tempatku berkuliah memang cepatnya luar biasa kalo
soal lulus. Ada yang S1 tiga tahun. Fiiiuuuuhh... Aku kelabakan juga. Aku
memang agak koleris sih walaupun gak banget-banget. Kalo udah ada yang
buru-buru pasti ikut buru-buru.
Kata
teori motivasi McGregor sih, orang yang gak ada inisiatif kayak aku ini
golongan orang Teori X yang kudu harus diberikan tekanan, stress, dan deadline.
Jadi, harus diberikan Locus of Control eksternal. Halaaaahhh... Apa ini? Bukan,
bukan... Ini bukan judulku, ya. Judul kawanku.
Aku
dan kawanku kebetulan emang orang Teori X yang tidak pasrah begitu saja terima
digolongkan begitu. Kami boleh orang Teori X, tapi dalam beberapa hal, kami
Teori Y. Dan masalah skripsi ini, aku Teori Y. Khusus untuk menulis, aku yang bisaanya
gak ada melankolis-melankolisnya bisa jadi melankolis tingkat semesta.
Judulnya,
aku dan kawanku menghadap salah satu dosen "angker" di konsentrasiku.
S2 dan S3 di Amerika. Rerata kawan-kawanku tidak mau menghadap dia. Aku dan
kawanku sama-sama lebih suka dibantai habis tulisan skripsi ketimbang dibantai
pas kompre ataupun lulus dengan nilai nol besar di otak. Dan pribadiku, aku
selalu dari SD suka dengan dosen-dosen/guru-guru angker dan gak gampang ditaklukan. Sarap
kadang emang. Ckckckckckk...
Kebetulan,
aku suka sekali dengan salah satu mata kuliah beliau berjudul manajemen
perubahan. Dan sejak awal aku memutuskan masuk konsentrasi yang sama sekali gak
dilirik kawan-kawan seangkatan, aku sudah tertarik dengan mata kuliah ini.
Falling in love at the first sight-lah... Sek, aseekk. Jadi, beliau sudah kenal
aku dikit.
Pas
datang ke ruangannya, beliau langsung menyambut.
“Kenapa,
Prim?”
“Ini,
Pak, mau konsultasi masalah judul.”
(bapak
itu berhenti mengotak-atik segala macam gadgetnya dan melihatku dengan
terbelalak) “Judul?”
“Iya,
Pak.”
“Judul
skripsi?!”
“Iya,
Pak. Judul skripsi.”
“Emang
kamu udah cukup umur?”
(kebisaaan
gak mau dibilang tua, jadi hampir bilang belum) “Be… Udah, Pak.”
“Emang
kamu semester berapa?”
“Tujuh,
Pak.”
“Udah
cukup SKS-nya?”
“Udah,
Pak.”
“Udah
KKN?”
“Udah,
Pak.”
“Oh,
udah, ya.”
Rada-rada
naik darah gimana gitu denger ni dosen. Hahaha… Lanjut aja aku kasih tahu apa
yang mau aku tuju. Lalu, beliau berujar lagi,
“Kamu
mau yang berkualitas?”
“Ya,
Pak.”
“Saya
berikan jurnal internasional. Kamu cari, baca, dan print. Nanti kasih ke saya.”
“Ya,
Pak.”
Di
hari yang sama, aku bertemu dengan kawanku dari konsentrasi keuangan yang sudah
mengembara menunggu SK pembimbing. Ya sudah, aku mengobrol dengannya. Dia
memberikan tips dan trik buat aku dan kawanku yang too much innocence ini.
Halah. Umur berapa masih lugu—atau bodoh—aja. Dan ada kalimatnya yang so
JLLLLLEEEBB moment banget.
“Ya
iyalah, Prim. Kita harus think smart. Coba geh lo pikir. Orang-orang yang lebih
pinter dari gue banyak. Yang lebih cakep banyak. Yang lebih kaya juga banyak. Lah
gue? Cakep gak, pinter gak, kaya juga gak. Dan kita ini anak manajemen. Jadi gue cuma punya strategi, Prim!! Gue cuma punya strategi!!!!”
Jleeeeebbbbbbb..
Beuh, sampe nunduk pas dia ngomong gitu. Sakit mental rasanya. Setidaknya dia
punya strategi. Nah, aku punya apa? Huuuaaaahhh… Sedih aja dengernya.
Kekagetanku belum berakhir saat
jurnalnya aku liat. Beuuuhhh… Kawanku dapat yang bahasa Indonesia, tesis, dan
disertasi. Lah aku? Bahasa Inggris, Spanyol. Dapetnya minimal disertasi. Cuma satu
yang disertasi. Sisanya profesor yang buat. Mati kutu.
Salah gak sih kemarin bilang iya? Ya
sudahlah. Bener kok, bener.
Aku sampe guling-guling bacanya. Sakit nyut-nyut-an.
Setelah bertemu lagi dengan dosenku yang sakti itu, yang relevan dengan judulku
justru jurnal yang paling gak aku pahami. Siiiiiggghh… Ya sudahlah.
Enaknya punyaku menggunakan data
sekunder. Tapi banyaknya pake banget.
Alhasil, sudah terhitung lima hari aku
sakit. Puncaknya hari Jumat kemarin. Aku gak bisa bangun dari tempat tidur. Gak
bisa berdiri. Berdiri cuma buat tarbiyah, ke kamar mandi dan shalat dengan kadar sakit
yang banget.
Malam ini aku begadang lagi. Karena aku
menetapkan deadline senin ini harus menghadap lagi. Apa yang membuatku
bertenaga? Karena ada seorang adik tingkat satu almamater yang mau ke sebuah
tempat. Ketika mendengar nama tempat itu, hatiku langsung seperti berkata, “Prima!
Ini dia! Yang kamu cari!”
Aku galau ada seminggu. Dan membuat
rencana dengan serampangan. Berharap tanpa harus berlebihan. Aku sudah pernah
soalnya yang membuat rencana luar biasa, rencana cadangan, dan bahkan rencana
cadangan dari rencana cadangan tersebut yang qadarullaah tidak diizinkan
menjadi takdirku.
Pernah kecewa. Dan makanya, sudah tahu
bahwa tidak boleh terlalu senang, aku buat saja serampangan dengan banyak
kemungkinan yang dapat dialihkan.
Secara, aku bukan orang yang jago
masalah ikhlas. Tahu gitu, ya seperti kata temanku, disiasati. Dan aku
menyiasatinya dengan banyak bermain masalah perubahan spontan.
Hari ini, aku keceplosan dan akhirnya
cerita ke mama tentang rencanaku. Kenapa aku agak nervous ngomong ke mama?
Karena aku kenal mama. Dan bagi mama rencanaku ini sama bahkan lebih mengerikan
buat beliau dibandingkan kegilaanku dulu buat kuliah di ISI atau IKJ.
Dan beliau say YES. Masyaa Allaah.
Rasanya itu… Beuh…
Karena rasa bahagia ini, aku diberikan
Allah kekuatan lagi untuk begadang dan menulis (lagi) malam ini.
Keep Fighting. Semoga Allah meridhai.^^
Komentar
Posting Komentar