Pengeluh Lancang!

Tidak ada rumusan manusia yamg benar-benar sejati. Pada akhirnya, mempersiapkan sesuatu untuk yang terburuk tidak membuat kita selalu siap ketika memang saat itu datang. Ada kalanya, berjalan dengan spontan saja sangat bijak. Meskipun telah bersiap, suatu bencana tetap menyisakan tangis. Lalu, untuk apa dipersiapkan sejenak dan dilalaikan? Lebih baik berjaga tanpa henti. Memang, teori laksana menara gading. Sulit disentuh. Tapi, apalah modal yang dimiliki selain percaya? Percayalah ia bisa ada dalam kehidupan ini walaupun dalam bentuk yang paling tidak sempurna. Wahai para pengeluh! Seandainya tabir-tabir yang Tuhan bentangkan pada setiap kita disingkapkan, niscaya kita akan tercengang. Tercengang siapa-siapa yang rela mengorbankan dan menebus segala yang dimiliki demi mendapatkan takdir yang sama dengan kita. Kita hanya terlalu lemah dan bersedih. Kita hanya kurang positif dan lalai. Menganggap hidup milik kita adalah yang paling memilukan di dunia. Tak kaulihat di puing-puing yang tak disebut di sana? Ada mereka yang menahan isak tangisnya karena kesulitan yang jauh lebih hebat daripada dirimu. Tapi dirimu justru mengeluhkannya dengan sedu. Tidak pantas. Lancang!

Bandarlampung, 20-9-2013
Untuk diriku sendiri yang sedang sedu menyesak. Doyan mengeluh. Memalukan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA