leadership_Bob Sadino_1011011027
Tugas mata kuliah
Leadership hari Senin, 9 September 2013
Diberikan pukul 12.00
WIB
Deadline pukul 14.00
WIB
LEADERSHIP
“Bab 2 : Pengembangan Pemimpin”
Nama :
Prima Helaubudi
NPM :
1011011027
Jurusan : S1 Manajemen
Om Bob yang Demokratik
Bob
Sadino adalah seorang pengusaha kenamaan Indonesia yang lahir di Lampung, 9
Maret 1933. Bob Sadino yang biasa dipanggil dengan Om Bob sebenarnya tidak
perlu lagi untuk membuat sebuah usaha. Om Bob berasal dari keluarga yang
berkecukupan. Dia adalah bungsu dari lima bersaudara. Ketika orang tuanya
meninggal, seluruh warisan jatuh ke tangan Om Bob. Om Bob mendapatkan
keseluruhan warisan itu karena kakak-kakaknya yang lain dianggap telah mapan.
Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk
berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap
selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lloyd di kota
Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob
bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.
Pada tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke
Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah
satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan
sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di
Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki
tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari
perusahaan adalah menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang
menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang
mengakibatkan mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya,
Bob beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100,-.
Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Sebenarnya,
istri Om Bob dapat membantu pekerjaannya. Berbekal sebagai pendidikan dan juga
kemampuannya bahasanya yang fasih dapat kerja sebagai sekretaris. Akan tetapi,
Om Bob merasa bahwa sebagai kepala keluarga, dialah yang harus bertanggung
jawab atas keluarganya.
Persepsi Om
Bob ini membawanya pada suatu cerita ketika kawannya datang dan menyarankan
kepadanya untuk berjualan telur. Om Bob menerima saran tersebut apalagi
mengamati bahwa berjualan seperti itu cepat sekali mendaptkan hasil.
Tapi yang
namanya berwirausaha, tidaklah selalu mulus. Berkali-kali Om Bob dan istri
mendapat cacian dan makian dari pelanggannya. Alih-alih memaki balik pelanggan,
Om Bob dan istrinya melakukan banyak pengamatan dan berusaha memerbaiki
performanya terhadap pelanggan. Mereka merasa jika pelanggan marah, ada yang
salah dengan pelayanan yang diberikan baik dirinya, maupun istrinya.
Perlahan-lahan,
Om Bob dan istri mulai melakukan aksi dengan berinovasi. Inovasi ini membuat
usaha yang digeluti oleh Om Bob sangat berbeda. Om Bob memberikan sekarpet
telur ayam gratis bagi pelanggan yang menemukan satu karpet dari jualan
telurnya tidak ada yang busuk. Betapa unik dan sedikit banyak mengubah persepsi
orang-orang yang biasanya yakin bahwa telur-telur yang dibeli selalu bagus.
Tentu saja, Om Bob tidak bermain dengan keberuntungannya. Om Bob selalu
menyelipkan satu-dua telur busuk di karpet-karpet telur dagangannya. Meskipun
tentu saja, jika penjualan sangat baik, maka tidak segan Om Bob memberikan satu
karpet telur yang seluruhnya baik. Dan cara tersebut berhasil mendongkrak penjualan seorang Om Bob.
Setelah
berkembang, Om Bob mulai merambah bisnis holtikultura dan segera mendapat
respon yang baik. Lambat laun, jumlah karyawan yang bekerja dengannya sangat
banyak. Om Bob tidak berhenti memberi kejutan. Menganggap bahwa kebanyakan
orang memerlakukan karyawannya sebagai bawahan yang harus hormat dan dia tidak
menyukainya, maka dia memberikan kebebasan kepada karyawannya. Dia terbilang
sangat dekat dengan para karyawannya. Alhasil PT. Kem Foods (pabrik sosis dan
ham) dan PT. Kem Farm (holtikultura) berhasil di tangannya.
Kepemimpinannya terbilang
esentrik. Berbekal pengalaman hidupnya yang keras, maka jadilah Om Bob yang
selalu mengenakan celanna pendek dan berkemeja lengan pendek. Tampilannya
terbilang kontroversial. Namun, dia tetap emmertahankannya.
Dalam sisi lain, Om Bob sangat
sebagai seorang yang terbilang demokratik dalam memimpin, merupakan pembelajar
sejati. Banyak sekali pengalaman yang dilaluinya. “Karena kalau mereka sudah
berani bercanda kurang ajar, berarti kita sudah berhasil dekat dengan karyawan.
Kita sudah dianggap teman.” ujar Om Bob dalam salah satu waawancaranya. Dia
sangat memerhatikan betapa berharga hal terkecil sekali pun dari para
karyawannya, contohnya ulang tahun.
Om Bob sangat sebagai seorang
yang terbilang demokratik dalam memimpin, merupakan pembelajar sejati. Banyak
sekali pengalaman yang dilaluinya. Dia belajar secara dua arah (double loop) dengan para pelanggan dan
juga karyawannya.
Dari pengalaman hidupnya, Om Bob
merumuskan beberapa hal yang terus dijaganya dalam kehidupan bisnisnya, yaitu:
memiliki kemauan yang keras, bertekad kuat, berani mengambil risiko, tahan
banting dan tidak cengeng, dan ikhlas dan selalu bersyukur.
Pertama, memiliki kemauan yang keras. Memulai sesuatu,
apapun itu, bukanlah sesuatu yang gampang. Kendala dan masalah pasti dihadapi
oleh orang yang baru akan memulai sebuah kegiatan. Hal ini juga berlaku dalam
bisnis pribadi. Membuka bisnis pribadi tidak semudah membalikkan telapak
tangan. Untuk itu, calon wirausahawan harus memiliki kemauan yang keras agar
dapat menghadapi kendala dan masalah di masa-masa awal bisnisnya.
Kedua, bertekad kuat. Ketika bisnis pribadi telah
didirikan, permasalahan selanjutnya adalah menaati action
plan yang telah dirancang. Action
plan berisi langkah-langkah konkret yang menjadi panduan wirausahawan
dalam menjalankan bisnisnya. Sering terjadi, kendala yang ditemui pebisnis di
lapangan membuat ia harus berimprovisasi dan mengambil langkah yang tidak
tertuang dalam action plan.
Agar bisnis tidak melenceng jauh dari target yang sudah dirancang, wirausahan
harus memiliki komitmen dan tekad yang kuat untuk selalu konsisten menjalankan
bisnis. Target dan rencana kerja yang sudah disusun harus dijalankan semaksimal
mungkin agar misi awal didirikannya bisnis dapat dicapai.
Ketiga, berani mengambil risiko. Ketakutan untuk mengambil
keputusan akan membuat bisnis berjalan di tempat. Risiko
berbisnis salah satunya adalah kerugian. Namun, bukan berarti risiko
tersebut menuntut pebisnis untuk selalu ‘bermain aman’. Keberanian untuk
berinovasi dan mencoba strategi baru dibutuhkan untuk perkembangan bisnis.
Keempat, tahan banting dan tidak cengeng.Apapun profesi
yang dilakoni seseorang, dapat dipastikan akan selalu ada tantangan dan cobaan
yang harus dihadapi. Begitu pula dengan profesi wirausahawan. Halangan teknis
maupun non-teknis akan selalu ditemui wirausahawan setiap harinya. Untuk
bertahan dalam situasi sulit, dibutuhkan ketahanan mental yang kuat. Pebisnis
diharapkan tidak larut dalam kesedihan yang terlalu dalam jika bisnisnya sedang
terguncang. Hal yang lebih penting yang harus dilakukan pebisnis adalah mencari
solusi dari permasalahan tersebut dan yakin bahwa guncangan yang menerpa
bisnisnya akan berlalu.
Terakhir, ikhlas dan selalu bersyukur. Karakter ini memang
terkesan absurd namun sedikit banyak menunjang keberhasilan pebisnis dalam
berwirausaha. Sikap hati yang tulus dan selalu bersyukur kepada Tuhan membuat
seorang pebisnis menjalankan usahanya dengan sistem go-with-the-flow. Rasa ikhlas dan syukur ini membuat pebisnis
dapat memaknai setiap hasil yang didapat dari bisnisnya, sekecil apapun profit
usaha yang ia peroleh.
Sumber:
Hughes,
dkk. 2013. Leadership. Jakarta:
Salemba Empat.
Komentar
Posting Komentar