Ungkapan Perpisahan

Kita pasti sudah sering sekali mengungkapkan perpisahan. Kamu boleh memilih kata-kata yang paling manis hingga paling kasar. Kamu juga dapat pergi tanpa berkata-kata; menggantung semuanya.

Tapi akuilah. Hal itu tidak membuatmu lebih baik menghadapi perpisahan. Betapa lucu. Kita begitu siap melayani manusia yang kita kenal lama dan begitu siap meladeni manusia yang kita baru temui, tapi kita begitu pengecut menghadapi perpisahan. Kita tak pernah terbiasa.

Aku takkan bilang bahwa penyesalan tidak dan/atau harus ada dalam perpisahan. Tentu saja, hal ini tak dapat kauungkap pada mereka yang engkau pisahi. Mereka pasti mengataimu gila. Hanya saja, penyesalan akan menghabiskan banyak waktumu. Kamu akan banyak menyingkir. Sementara kurungan waktu tak jua mengendur untukmu. Lagipula, siapa kausampai berani membuat waktu berjalan tak adil?

Sembunyikan ia: rasa sesalmu, dalam barisan ungkapan penyesalan. Cukup waktu-waktu sendiri yang kauhabiskan untuk belajar dari sesal. Kauaku sebagai masa lalu penuh pengalaman. Tapi jangan bawa ia mengarungi hari. Sungguh tiada ia pantas disandingkan dengan umurmu yang penuh syukur.

Sesalmu akan terbayar. Entah dengan cara paling manis, paling pahit yang mungkin tereka. Karena kehidupan kita adalah kuncinya. Biarkan ia dengan rela. Maka suatu ketika ia akan hadir kembali dengan yakin. Atau pergi tanpa kembali dengan yakin pula.

Tujuannya? Menghapus penyesalan itu.

Semesta mendukung! Meski dengan cara paling menyiksa seperti ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Teater - wu wei, dan siapa nama aslimu

STUDI KELAYAKAN BISNIS MENGANALISIS KEEFISIENAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DARI PT. YAKULT INDONESIA PERSADA